Layanan streaming kini menjadi bagian penting. Ini terjadi dalam hidup banyak orang. Karena menawarkan banyak pilihan tayangan. Tayangan ini praktis serta bisa diakses. Aksesnya bisa dari mana saja.Â
Awalnya biaya langganan terasa murah. Konsumen bisa mendapat banyak sekali hiburan. Cukup dengan satu atau dua langganan (Jagatreview, 2025). Informasi ini dari CNBC Indonesia (2023).
Namun, kini situasinya telah berubah. Jumlah layanan streaming semakin banyak. Hal ini membuat konsumen kebingungan (Tempo.co).Â
Kita harus berlangganan platform tertentu. Ini untuk menonton sebuah film. Platform itu punya hak eksklusif. Artinya harus berlangganan platform berbeda. Untuk menonton film yang lainnya (Kompas.com, 2023).Â
Konten kini menjadi terpecah-pecah. Misalnya, film-film dari Disney. Dulu ada di layanan Netflix. Kini ditarik ke Disney+ Hotstar.Â
Hal serupa dilakukan oleh Warner Bros. Mereka pindahkan konten ke HBO Max. Akibatnya konsumen harus membayar lebih. Terutama yang ingin menonton semuanya.
Masalahnya ternyata bukan hanya itu. Harga langganan juga terus naik. Kenaikan terjadi dari waktu ke waktu. Pada awal 2025, Netflix naikkan harga. Harga naik di Amerika Serikat. Dan di beberapa negara lainnya (Jagatreview, 2025).Â
Di Indonesia kenaikan harga terjadi. Misalnya saat Disney+ Hotstar naikkan harga. Harga langganan tahunannya naik signifikan. Ini terjadi pada tahun 2023.Â
Harga naik dari Rp199.000. Menjadi Rp799.000 per tahunnya. Ini jelas memberatkan para konsumen (Tempo.co). Informasi juga dari CNBC Indonesia (2023).
Penyedia layanan punya alasan sangat kuat. Mereka menaikkan harga langganan mereka. Salah satunya biaya produksi mahal (RCTIplus).Â
Contohnya serial sekelas Stranger Things. Pembuatannya butuh dana sangat besar.Â