Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Majalah Panjebar Semangat, Mampukah Bertahan di Era Digital?

10 Agustus 2025   19:00 Diperbarui: 7 Agustus 2025   23:31 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Majalah berbahasa Jawa punya sejarah panjang. Sebut saja Panjebar Semangat. Usianya sudah hampir seabad. Tepatnya 91 tahun pada 2024. Demikian menurut Kompasiana (2019). Juga Times Indonesia (2023) menyebutnya. 

Majalah ini didirikan Dr. Soetomo. Tanggal 2 September 1933. Sumbernya Wikipedia dan Kempalan (2023). Para awak redaksi yakin. Selama orang Jawa masih ada. Majalah ini akan hidup terus. Tapi, benarkah keyakinan tersebut?

Keyakinan ini memiliki dasar kuat. Ada banyak sekali penutur Jawa. Jumlahnya mencapai 68 juta jiwa. Bahkan bisa sampai 80 juta jiwa. Detik.com (2023) melaporkannya. UGM (2017) juga menyebutnya. 

Jutaan orang memakai bahasa Jawa. Mereka menggunakannya sehari-hari. Namun, ini tidak berarti. Semua mau membaca majalah. Majalah berbahasa Jawa itu. Generasi muda sekarang beda. Walaupun bisa berbahasa Jawa. 

Mereka lebih sering memakai bahasa Indonesia. Mereka lebih menyukai media digital. Kebiasaan membaca majalah cetak. Itu sudah jauh berkurang. Ini menjadi tantangan besar. Bagi keberlangsungan media tradisional.

Panjebar Semangat mengaku beradaptasi. Dahulu, majalah ini bertahan. Dari sensor penjajah Belanda. Lalu menyesuaikan diri. Dengan politik era Soekarno. Serta juga era Soeharto. Tirto.id (2023) mencatatnya. 

Itu adalah adaptasi politik. Hal itu krusial pada masanya. Tantangan sekarang jelas berbeda. Kini mereka harus bersaing. Mereka di pasar bebas. Bersama media digital kini. Kontennya melimpah ruah. Seringkali bahkan gratis.

Majalah ini mempertahankan gaya bahasa. Juga rubrik lamanya kini. Itu untuk menjaga keaslian. Dengan menggunakan ejaan Jawa. Dalam bahasa ngoko alus. Itu campuran ngoko dan kromo inggil. 

Namun, gaya bahasa rumit ini. Ini bisa menjadi masalah. Bahkan ada staf mengaku. Mereka kesulitan menerjemahkan kosakata. Kosakata modern ke bahasa Jawa. Ini dapat menghalangi pembaca. Terutama bagi pembaca baru. 

Konsistensi bahasa dapat diartikan. Itu sebagai kurangnya inovasi. Terutama dalam penyajian. Tirto.id (2023) menjelaskan.

Oplah majalah Panjebar Semangat kini. Jumlahnya berkisar 6.000 eksemplar. Kadang hingga 7.000 eksemplar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun