Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Majalah Panjebar Semangat, Mampukah Bertahan di Era Digital?

10 Agustus 2025   19:00 Diperbarui: 7 Agustus 2025   23:31 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Majalah Panjebar Semangat yang masih berbentuk Tabloid. (Kompasiana/Kuncarsono Prasetyo)

Angka ini tergolong kecil. Untuk majalah seumur itu. Terutama jumlah penutur Jawa. Majalah ini terbit mingguan. Harga satu eksemplar 22.000 rupiah. Berarti pembaca harus keluar uang. Sekitar 88.000 rupiah per bulan. Tirto.id (2023) menyebutnya. 

Padahal, majalah ini pernah jaya. Pada tahun 1960 hingga 1984. Oplahnya pernah capai 66.000 eksemplar. Times Indonesia (2023) menulisnya. iNews.id (2024) juga menyebut.

Ada upaya regenerasi. Itu di tim redaksi. Mereka merekrut staf muda. Tujuannya melanjutkan perjuangan. Namun, regenerasi staf. Tidak otomatis menambah pembaca. 

Tantangan utamanya kini. Ini menarik minat anak muda. Mereka tumbuh dengan ponsel. Juga dengan internet. Panjebar Semangat telah melangkah. 

Ke ranah digital nyata. Mereka menyediakan versi digital. Itu di platform UTAS. Mereka aktif di media sosial. UTAS.me dan Instagram adalah bukti.

Daripada mengandalkan penutur Jawa. Majalah ini perlu bertransformasi. Dengan warisan sejarah yang kuat. Itu sebagai modal utama. 

Panjebar Semangat bisa menjadi. Ini platform konten budaya. Budaya Jawa lebih komprehensif. Mereka bisa membuat podcast. Atau video dokumenter pendek. Juga artikel online lainnya. 

Fitur interaktif seperti glosarium. Untuk kosakata yang sulit. Itu dapat memudahkan pembaca baru.

Mereka juga bisa membangun. Komunitas online sebagai wadah. Untuk diskusi atau kelas bahasa Jawa. 

Dengan demikian, bahasa Jawa. Itu menjadi kekuatan utama. Bukan malah menjadi batasan. 

Majalah ini dapat menjadi. Pintu gerbang bagi non-penutur. Untuk mengenal budaya Jawa. Melalui konten yang menarik. Kontennya juga edukatif. Bukan hanya menjaga keaslian. Itu yang sulit dijangkau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun