Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Era Mobil Matic, Mengapa Manual Masih Bertahan di Berbagai Negara?

9 Agustus 2025   07:00 Diperbarui: 7 Agustus 2025   15:02 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Tuas transmisi mobil matik. (via Kompas.com)

Mobil dengan transmisi otomatis disebut juga mobil matic. Mobil ini kini mendominasi pasar. Terutama di kota-kota besar. Penjualan mobil matic terus meningkat. Data membuktikannya (Gaikindo, 2024; Kompas Otomotif, 2025).

Dulu, mobil matic sering dipandang sebelah mata. Harganya mahal serta perawatannya rumit. Mobil ini juga dianggap boros bensin (Suzu Margonda Depok). 

Pandangan tersebut telah berubah sekarang. Teknologi transmisi matic semakin maju. Banyak mobil matic modern menggunakan teknologi canggih. 

Contohnya adalah Continuously Variable Transmission (CVT). Ada juga Dual-Clutch Transmission (DCT). 

Teknologi ini membuat mobil lebih efisien. Perpindahan gigi juga terasa halus. Tidak ada hentakan sama sekali (Domo Transmisi; Dipostar). 

Faktor utama lainnya adalah kemacetan lalu lintas. Pengemudi tidak perlu terus menginjak kopling. Ini menjadi nilai jual utama.

Namun, mobil manual tidak menyerah. Mobil manual masih laku keras. 

Di beberapa wilayah seperti Indonesia Timur. Astra Daihatsu memiliki data penjualan. Delapan puluh lima persen mobilnya terjual manual. Ini di wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua (KumparanOTO, 2024).

Kondisi geografis di sana sering berbukit. Jalannya juga berkelok-kelok. Mobil manual terasa lebih cocok. Pengemudi mudah menggunakan gigi rendah. 

Ini untuk mendapatkan torsi saat menanjak. Pengemudi juga bisa memakai engine brake. Ini saat turunan untuk kontrol lebih baik (Neliti, 2016; Ejournal Undip). 

Ada perspektif lain juga. Mobil matic modern sudah punya mode manual. Ini untuk mengatasi kondisi jalan serupa. Pilihan mobil manual bisa juga disebabkan faktor lain. 

Contohnya ketersediaan model atau harga. Harga mobil manual cenderung lebih terjangkau (Tirto.id, 2023).

Mobil manual masih pilihan utama. Ini di banyak negara berkembang lain. Contohnya Thailand, India, dan Afrika. Alasan utamanya karena faktor biaya (Tirto.id, 2023; Moneycontrol, 2021). 

Harga beli mobil manual lebih murah. Biaya perawatan dan servis juga lebih rendah. Ini menjadikannya pilihan yang ekonomis (Otomotif Bisnis, 2019). 

Mobil manual juga lebih irit bahan bakar. Maka, ini jadi pilihan ideal untuk kendaraan niaga. Seperti taksi online atau angkutan barang. Keduanya mengutamakan efisiensi biaya (Detik Sumbagsel, 2024; Otomania Gridoto).

Popularitas mobil manual di Eropa didorong tradisi. Hal ini juga dipengaruhi oleh regulasi. 

Sebagian besar orang Eropa belajar mengemudi manual. SIM mobil manual berstatus lebih tinggi. Ini karena pengemudi boleh mengendarai mobil jenis apa pun (SKS.id; Jawapos, 2020). 

Pemilik SIM matic hanya diizinkan mengendarai mobil matic. Kontur jalan di Eropa banyak tanjakan. Jalanan juga banyak tikungan. Maka, transmisi manual tetap relevan (SKS.id).

Faktor ekonomi dan tradisi bukan satu-satunya alasan. Mobil manual masih bertahan berkat penggemar. Ada komunitas penggemar otomotif yang loyal. Mereka rela mengeluarkan biaya lebih. 

Mereka menyukai sensasi kontrol penuh. Mengoper gigi dianggap sebagai sebuah seni (OtoDriver, 2019; Autonetmagz). 

Fenomena ini menarik minat Generasi Z. Mereka melihat kemampuan mengemudi manual sebagai keahlian unik (DeepEnd, 2022).

Bahkan, ada lelucon terkait mobil manual. Mobil manual disebut fitur keamanan tambahan. 

Kasus pencurian mobil di Australia menjadi viral. Si pencuri gagal membawa kabur mobil. Mobil curiannya menggunakan transmisi manual (Carbuzz; Advanced Transmission).

Meskipun demikian, masa depan mobil manual tidak cerah. Ancaman terbesar datang dari mobil listrik (EV). 

Mobil listrik tidak memerlukan transmisi multi-gigi. Motor listriknya mampu hasilkan torsi instan. Perpindahan gigi menjadi tidak relevan (Republika, 2024; Wuling.id). 

Industri otomotif global beralih ke elektrifikasi. Pengembangan transmisi manual menjadi tidak ekonomis (Republika, 2024; Autovista24).

Pada akhirnya, mobil manual tidak akan punah. Statusnya akan berubah secara drastis. Mobil ini tidak lagi menjadi pilihan umum. Ia menjadi produk khusus atau niche. 

Pasar sensitif harga akan tetap memilihnya. Para pehobi otomotif juga akan tetap memilihnya. Transmisi manual akan jadi peninggalan masa lalu. 

Pemilihannya didasari oleh sensasi dan tradisi. Juga didasari oleh pertimbangan ekonomi. Bukan sebagai pilihan praktis untuk mobilitas modern (Tirto.id, 2023).

***

Referensi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun