Setiap pagi, jutaan manusia bergerak meninggalkan rumah. Mereka menuju ke tempat kerja. Ini adalah ritual harian. Ritual ini terjadi di kota besar.Â
Namun, perjalanan ini bukan hal sederhana. Waktu di jalan bisa sangat panjang. Kondisi ini bisa mengganggu kesehatan fisik. Kondisi ini juga mengganggu kesehatan mental.Â
Pekerja setiap hari menghadapi kemacetan. Mereka juga berdesakan di angkutan umum. Mereka menghadapi masalah yang sangat serius. Masalah ini patut untuk diperhatikan.
Perjalanan panjang ke kantor memiliki efek nyata. Efek ini terasa pada kesehatan mental. Atau ini disebut sebagai commuting. Menghadapi macet setiap hari memicu frustrasi.Â
Padatnya angkutan umum juga sebabkan frustrasi. Hal ini dapat meningkatkan hormon stres. Hormon stres itu contohnya kortisol. Jika terus terjadi, ini menaikkan risiko.Â
Risiko itu seperti gangguan kecemasan. Juga ada risiko penyakit depresi. Hal ini diperkuat penelitian Korea Selatan.Â
Penelitian menemukan pekerja dengan perjalanan lama. Mereka memiliki risiko depresi lebih besar. Risikonya 1,16 kali lebih besar. Dibandingkan dengan perjalanan kurang 30 menit (Sediksi, 2023; Kompas, 2023).Â
Studi melibatkan 23.415 pekerja. Studi ini menyoroti risiko lebih tinggi. Risiko ini dialami pekerja penghasilan rendah.
Selain itu, ada masalah kesehatan fisik. Waktu lama di jalan membuat hidup pasif. Seseorang duduk berjam-jam di kendaraan. Akibatnya, berat badan bisa naik. Risiko obesitas juga dapat meningkat.Â
Hal ini lalu memicu penyakit metabolik. Contohnya seperti penyakit kardiovaskular. Serta penyakit diabetes tipe dua (DokterSehat; Lib UI).
Masalah lain yang timbul adalah kualitas tidur. Kualitas tidur jadi sangat berkurang. Perjalanan panjang mengurangi jam tidur. Pekerja harus bangun lebih pagi. Mereka juga akan pulang lebih larut.Â