Sejarah Indeks Massa Tubuh punya catatan penting. Formula ini dirumuskan Adolphe Quetelet. Dia matematikawan Belgia dari abad sembilan belas (Wikipedia).Â
Tujuan Quetelet bukan untuk diagnosis medis. Tujuannya untuk studi statistik pada populasi. Dia ingin menemukan "manusia rata-rata". Ini berarti BMI bukan alat diagnostik. Datanya tidak mewakili keragaman populasi global (Tirto.id, 2023).Â
Fakta ini menimbulkan banyak sekali pertanyaan. Tentang akurasinya untuk berbagai kelompok etnis. Juga untuk berbagai bentuk tubuh manusia.Â
Contohnya, standar BMI orang Asia lebih rendah. Daripada standar untuk orang ras Kaukasia. Riset menunjukkan orang Asia punya risiko. Risiko penyakit tinggi pada BMI rendah (National Geographic Grid, 2013; Kompas.com, 2013).Â
Hal ini menimbulkan banyak sekali pertanyaan tentang akurasi. Khususnya untuk berbagai macam kelompok etnis. Juga berlaku untuk aneka bentuk tubuh.Â
Sebagai contohnya, standar BMI orang Asia. Seringkali lebih rendah dari orang Kaukasia. Penelitian menunjukkan orang Asia punya risiko. Risiko penyakit yang lebih tinggi lagi. Bahkan pada BMI yang lebih rendah.Â
Ini didukung oleh banyak penelitian. Salah satunya dari National Geographic Grid. Serta riset dari media Kompas.com. Semua menunjukkan adanya sebuah perbedaan.Â
Perbedaan risiko antar etnis sangat nyata. Oleh karena itu, standar BMI tunggal. Menjadi kurang relevan untuk populasi global. Penerapan standar harus mempertimbangkan keragaman genetik. Serta perbedaan komposisi tubuh antar etnis.
Pandangan umum seringkali tidak selamanya benar. BMI tinggi tak berarti hidup lebih pendek (Antara News, 2015; Republika, 2014).Â
Beberapa riset menunjukkan hasil yang mengejutkan. Orang dengan BMI di atas normal. Terkadang punya harapan hidup lebih panjang. Fenomena ini dikenal "paradoks obesitas" (Otomotif Kompas, 2012).Â
Ini bukan berarti kondisi kegemukan sehat. Melainkan menunjukkan adanya pertanda kesehatan lain. BMI yang rendah bisa jadi masalah.Â