Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Strategi Terpusat Tiongkok untuk Kuasai Panggung Kecerdasan Buatan Global

6 Agustus 2025   03:00 Diperbarui: 2 Agustus 2025   17:33 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi DeepSeek.(TweakTown via Kompas.com)

Tiongkok memiliki ambisi yang sangat besar. Mereka ingin mendominasi dunia AI. Targetnya adalah pada tahun 2030. Strategi ini sudah dirancang sangat lama. 

Pemerintah Tiongkok merilis sebuah rencana. Ini dilakukan pada tahun 2017. Nama rencana itu "New Generation Artificial". Juga disebut "Intelligence Development Plan". (Future of Life Institute, 2017; Taylor & Francis, 2022).

Rencana ini menjadi sebuah cetak biru. Tujuannya dibuat dengan sangat jelas. Yaitu menjadikan Tiongkok pusat inovasi. Pusat inovasi AI utama dunia. (Data Governance Hub at GWU).

Pendekatan Tiongkok unik dan sangat berbeda. Ini berbeda dengan negara-negara Barat. Terutama berbeda dengan Amerika Serikat (AS). Di sana perkembangan AI digerakkan swasta. Seperti perusahaan OpenAI, Google, dan Meta. (Academia.edu, 2020). 

Di Tiongkok, inisiatif AI sangat terpusat. Pemerintah mengawasi serta mendanai proyeknya. Pendanaan diberikan dalam jumlah sangat besar. (Techwire Asia, 2025). 

Ini adalah kolaborasi yang sangat besar. Antara negara dengan perusahaan teknologi raksasa. Seperti Alibaba, Tencent, dan juga Huawei. (Atlas Institute).

Keberhasilan Tiongkok mulai terlihat sekarang. Yaitu melalui model AI seperti DeepSeek. Juga melalui model bernama Qwen 2.5. (South China Morning Post, 2025; Axios, 2025). 

Model-model ini sering disebut mampu menyaingi. Bahkan bisa melampaui produk buatan Barat. Klaim tersebut didukung oleh data independen. (Visual Capitalist; Artificial Analysis, 2025). 

Namun, ada hal yang perlu dicermati. Tolok ukur AI tidak selalu akurat. Itu tidak mencerminkan kinerja dunia nyata. Ada kemungkinan modelnya dioptimalkan secara spesifik. Tujuannya untuk hasil bagus saat pengujian. (Technology Review, 2025).

Tiongkok menghadapi suatu tantangan yang besar. AS mulai membatasi ekspor chip canggih. 

Pembatasan itu sejak tahun 2019. Kebijakan ini terus menerus diperketat. Tujuannya memperlambat kemajuan AI Tiongkok. (Center for Strategic and International Studies; Center for European Policy Analysis). 

Namun, respons Tiongkok tidak terduga. Mereka tidak menyerah begitu saja. Mereka justru berinovasi secara domestik. Perusahaan lokal mulai mengembangkan chip sendiri. Seperti chip Ascend 910 buatan Huawei. (Technology Magazine; Al Jazeera, 2025). 

CEO Huawei Ren Zhengfei mengakuinya. Beliau mengakui chip mereka masih tertinggal. Tertinggal satu generasi dari Amerika Serikat. Ini berarti mereka harus mengejar ketertinggalan. (Reuters, 2025).

Sanksi AS memang menciptakan sebuah hambatan. Tetapi sanksi mendorong Tiongkok lebih mandiri. (MERICS). 

Sanksi tersebut tidak bisa menghentikan Tiongkok. Sanksi itu hanya dapat memperlambat mereka. 

Mereka harus menghabiskan banyak sekali waktu. Mereka juga harus menghabiskan banyak uang. Demi mengembangkan teknologi yang sudah ada. Teknologi itu sudah tersedia pasar global. (The Economist, 2025). 

Di sisi lain, sanksi meningkatkan ketegangan. Ketegangan geopolitik dapat menghambat kolaborasi global. Kolaborasi ini penting untuk kemajuan AI. (Academia.edu, 2020).

Di balik tantangan, Tiongkok punya keunggulan. Populasi Tiongkok memang sangat besar. Ini memberikan akses data dalam jumlah masif. Data krusial untuk melatih model AI. (Sapien.io; MacroPolo). 

Aturan privasi data Tiongkok lebih longgar. Lebih longgar jika dibandingkan dengan Barat. Ini memberi perusahaan akses data mudah. Peneliti juga mendapat akses lebih mudah. (EY; Law.asia). 

Namun, jumlah data saja tidak cukup. Kualitas dan keragaman data juga penting. Keduanya sama-sama dianggap sangat penting. (National Security at University of Virginia).

Tiongkok juga sangat unggul dalam talenta. Negara ini menghasilkan banyak peneliti AI. Hampir 50% peneliti AI terbaik dunia. (Nature, 2025). 

Banyak dari mereka menempuh pendidikan tinggi. Mereka belajar di institusi terkemuka AS. Juga di berbagai institusi top Eropa. Kemudian mereka kembali lagi ke Tiongkok. Kombinasi ini mempercepat perkembangan AI domestik. (The New York Times, 2025). 

Selain itu, investasi pemerintah sangat besar. Tiongkok akan menginvestasikan jumlah yang besar. Sekitar $98 miliar untuk sektor AI. Investasi ini pada tahun 2025. (Techwire Asia, 2025).

Meskipun demikian, ada pandangan skeptis ahli. Salah satunya Profesor Jinghan Zeng dari Lancaster. (Lancaster University; Wiley Online Library, 2021). 

Zeng berpendapat tentang pendekatan "top-down". Pendekatan ini didukung penuh oleh negara. Ini mungkin bisa mengurangi inovasi murni. Ia juga mempertanyakan investasi AI Tiongkok. Apakah bisa menghasilkan produk laku global. (Academia.edu, 2020). 

Pertanyaan ini memang sangatlah relevan. Karena kesuksesan model seperti DeepSeek. Kesuksesan di pasar domestik belum cukup. Itu belum menjamin sukses panggung dunia.

Masa depan AI Tiongkok masih belum pasti. Mereka memiliki ambisi dan sumber daya. Mereka juga punya strategi yang kuat. (Future of Life Institute; Atlas Institute). 

Namun, mereka juga menghadapi tantangan besar. Termasuk sanksi juga ketegangan politik. Serta pertanyaan tentang inovasi yang dihasilkan. (Sustainability Times). 

Akankah mereka menjadi pemimpin inovasi sejati? Atau hanya pemain pengejar ketertinggalan? Hanya waktu yang bisa akan menjawabnya.

***

Referensi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun