Selain itu, ada potensi pencemaran air. Serta potensi pencemaran tanah juga ada. Cairan panas berasal dari perut bumi. Sering mengandung mineral dan bahan kimia.Â
Bahan kimia ini sangatlah berbahaya. Jika bocor dapat merusak lingkungan (Neliti, 2016). Kebocoran semacam ini berisiko besar. Dapat mencemari air tanah. Juga bisa mengganggu ekosistem lokal (CELIOS, 2022).
Klaim dampak panas bumi bisa diminimalkan. Klaim tersebut memang benar adanya. Karena dengan teknologi yang sangat tepat. Berbagai risiko dapat dikendalikan.Â
Mitigasi adalah kunci utamanya. Salah satunya melalui sistem reinjeksi. Yaitu proses mengembalikan fluida sisa. Fluida dikembalikan lagi ke dalam bumi. Untuk membantu menjaga tekanan reservoir (Green Teknokrat).Â
Selain itu, teknologi sistem closed-loop. Sistem ini juga menjadi sangat penting. Karena sistem membuat aliran fluida. Tidak kontak langsung dengan udara.Â
Sehingga dapat mengurangi pelepasan emisi. Terutama emisi gas berbahaya (Union of Concerned Scientists).Â
Lembaga pemerintah seperti Kementerian ESDM. Dan badan ilmiah lain mendorong mitigasi. Mereka menekankan pentingnya pemantauan lingkungan.Â
Pemantauan ini harus berkelanjutan. Termasuk pemantauan emisi gas. Dan juga aktivitas seismik (Kementerian ESDM, 2021; PT SMI).Â
Data dari studi kasus di Ulubelu. Dan hasil penelitian lainnya menunjukkan.Â
Bagaimana pengelolaan baik bisa mengurangi dampak. Mengurangi dampak negatif secara signifikan (Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan IPB, 2018; Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan UNJA, 2023).
Perbandingan panas bumi dan pertambangan fosil. Perbandingan ini sering sekali digunakan. Pertambangan fosil memang jauh lebih merusak. Karena melibatkan peledakan dan galian raksasa.Â