Namun bilahnya terbuat dari besi. Benda ini diperkirakan sangat tua. Berasal dari abad sebelum Masehi. Kemungkinan besar untuk upacara seremonial (Berita Penelitian Arkeologi, 1986; Studocu).Â
Lalu di Kawasan Percandian Batujaya, Karawang. Di sana juga ditemukan artefak besi. Artefak itu ada di dalam kuburan. Letaknya di bawah pondasi candi.Â
Ini menunjukkan penggunaan besi sejak dulu. Bahkan pada masa awal candi dibangun (Kompas.com, 2010; National Geographic Grid).Â
Penemuan ini menandakan kelanjutan tradisi. Tradisi dari masa prasejarah. Hingga masa Hindu-Buddha. Di masa itu, besi dianggap berharga. Ia menjadi sebuah simbol status sosial.
Sumber Besi dari Luar Jawa
Pasokan besi juga datang dari luar pulau. Ini selain dari sumber lokal Jawa. Pamor Luwu di Sulawesi sangat terkenal. Luwu dikenal sebagai penghasil besi berkualitas.Â
Besinya bahkan diekspor ke Majapahit. Ini menunjukkan adanya jaringan perdagangan. Jaringan itu sudah mapan antarpulau (Adhityatama; Fajar.co.id, 2023).Â
Produksi besi tradisional juga terus berlanjut. Itu berlangsung selama berabad-abad.Â
Contohnya ada di Matano, Sulawesi. Ini membuktikan kesinambungan teknologi metalurgi. Teknologi itu bertahan dari abad ke-8. Hingga abad ke-18 (Atlantis Press, 2022).Â
Data modern dari Kementerian ESDM ada. Data itu mencatat cadangan bijih besi. Cadangan nasional sekitar 927 juta ton. Namun, distribusinya tidak merata (Bisnis.com, 2021).
Pandai Besi dan Gelar "Empu"
Naskah kuno memperkuat posisi pandai besi. Posisi mereka sangat istimewa. Sebuah prasasti abad ke-9 mencatatnya. Mereka punya status khusus.Â
Statusnya sebagai abdi kerajaan. Atau disebut mangilala drwaya haji. Ini menunjukkan betapa pentingnya peran mereka. Peran itu penting bagi para raja (Tirto.id, 2021).Â