Sejak awal, Kijang dirakit di Indonesia. Tingkat lokalisasi komponennya terus ditingkatkan. Peningkatan ini dilakukan secara bertahap (Agung Toyota, Tahun tidak spesifik).Â
Kijang lalu menjadi simbol industri otomotif lokal (Toyota Astra, 2022).Â
Ini menunjukkan sesuatu yang penting. "Nasional" kadang merujuk pada perakitan dalam negeri. Juga pada tingkat lokalisasi komponennya. Bukan pada kepemilikan merek murni. Bukan pula pada desain dari nol.
Ketika Proteksi Berujung Konflik
Upaya menciptakan mobil nasional sering diwarnai proteksionisme. Ini terlihat jelas pada kasus mobil Timor. Pemerintah memberikan insentif pajak. Juga pembebasan bea masuk. Ini tidak adil bagi produsen lain (DetikOto, 2015).Â
Tujuannya adalah melindungi "mobil nasional". Agar mobil itu bisa bersaing di pasar. Namun, langkah ini justru memicu kecaman. Kecaman itu datang dari dunia internasional (Kompasiana, 2021; DetikOto, 2015).Â
Negara-negara lain melihatnya sebagai praktik diskriminatif.
Amerika Serikat, Jepang, dan Uni Eropa protes. Mereka mengajukan protes ke WTO (Scribd, Tahun tidak spesifik; Dekannews, Tahun tidak spesifik).Â
WTO adalah Organisasi Perdagangan Dunia. Mereka menganggap kebijakan mobil nasional melanggar aturan. Aturan itu adalah aturan perdagangan internasional.Â
Pada akhirnya, WTO memutuskan Indonesia bersalah. Indonesia dianggap melanggar aturan (Scribd, Tahun tidak spesifik).Â
Ini memaksa penghentian operasi proyek Timor. Indonesia juga diwajibkan mengembalikan pajak. Pajak itu sebesar US$1,3 miliar (Wikipedia, 2024; Scribd, Tahun tidak spesifik).Â
Tekanan dari WTO membuat proyek ini kandas. Krisis moneter 1998 juga menjadi penyebabnya.