Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Sampai Hidupmu Membosankan Seperti Bas Veth

10 Juli 2025   21:00 Diperbarui: 4 Juli 2025   13:01 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bas Veth (kanan) dan buku yang mencerca Hindia Belanda. (Credit: Jernih.co)

Kita sering dengar Hindia Belanda itu indah. Tapi Bas Veth, seorang pedagang bule, malah menganggapnya neraka. Ia bilang tempat ini membosankan. Bahkan bikin otak tumpul!

Kisah ini memang dari zaman dulu. Tapi pelajarannya berlaku sampai sekarang. Sering kan, kita disuguhi janji muluk? Katanya begini, kenyataannya begitu. 

Ini bisa bikin hati resah. Bikin dompet tipis. Bahkan bisa merusak rencana masa depan keluarga kita. Bas Veth, meski bule, menunjukkan bahwa tidak semua yang bersinar itu emas. Kita jadi lebih waspada. Tidak mudah dibohongi.

Kisah Bas Veth ini mengajarkan satu hal penting. Bahwa pandangan seseorang bisa sangat berbeda. Tergantung dari mana ia melihatnya. Bas Veth melihat Hindia Belanda membosankan. Bahkan disebut bikin otak tumpul (Veth, 1900). 

Padahal, banyak orang bule lain memujinya. Kenapa beda? Karena Bas Veth tidak mau dekat dengan orang pribumi. Dia tidak coba memahami budaya kita (Beekman, 1980). 

Ini seperti orang yang cuma lihat kulitnya. Tidak mau tahu dalamnya. Penelitian terbaru di Indonesia menunjukkan, sikap seperti ini masih sering terjadi. 

Contohnya, ada riset dari penelitian yang didukung Program PHC Nusantara (2025) yang bilang, banyak pendatang asing yang cuma mau bergaul dengan sesamanya. Mereka jarang mau belajar bahasa lokal. Atau memahami kebiasaan warga asli. 

Dampaknya, sering timbul salah paham. Padahal, jika mau terbuka, mereka bisa menemukan banyak hal indah. Budaya kita kaya sekali. Banyak tarian, musik, dan cerita yang luar biasa (Pusat Kajian Budaya Universitas Indonesia, 2024). 

Sikap Bas Veth ini mirip. Dia cuma datang untuk bisnis. Kumpul uang lalu pergi. Tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Ini bikin dia tidak bisa melihat keindahan. Malah merasa menderita di sini. 

Padahal, Hindia Belanda itu surga bagi yang mau menghargai. Jadi, intinya, jangan pernah menilai sesuatu dari satu sisi saja. Dan jangan cuma datang untuk untung. Tanpa mau mengerti orang lain.

Berikut beberapa hal penting agar kita tidak seperti Bas Veth:

- Jangan Cuma Cari Uang. 

Bas Veth datang ke Hindia Belanda untuk bisnis. Dia cari untung besar (Tirto.id, 2019). Hanya itu fokusnya. Ini bikin dia buta. Tidak lihat hal lain. 

Perusahaan yang cuma fokus untung, sering tidak bertahan lama. Mereka lupa membangun hubungan baik. Dengan lingkungan dan masyarakat.

- Harus Mau Belajar Budaya Lokal. 

Bas Veth tidak mau tahu budaya kita. Ini fatal (Tirto.id, 2019). Dia anggap orang pribumi rendah. Padahal, budaya itu penting. Contohnya, studi dari Jurnal Antropologi Indonesia (2024) bilang, pemahaman budaya bantu banyak hal. 

Mulai dari komunikasi lancar. Sampai mencegah salah paham besar. Jika kita mau tahu, banyak kebijaksanaan. Dari adat istiadat kita.

- Jangan Menilai Cuma dari Luar. 

Bas Veth cuma lihat alam dan orangnya dari jauh. Dia tidak mau dekat (Veth, 1900). Jadi, dia merasa bosan. Bahkan jijik. Ini seperti melihat buku dari sampulnya saja. Tanpa tahu isinya. 

Riset dari Ikatan Psikolog Sosial (2025) menemukan, orang yang cepat menilai, sering kehilangan kesempatan. Untuk bertemu teman baik. Atau menemukan pengalaman berharga. Kita harus beri kesempatan. Untuk mengenal lebih dalam.

- Pentingnya Interaksi Langsung. 

Bas Veth tidak pernah akrab dengan orang pribumi (Beekman, 1980). Ini kesalahannya. Padahal, interaksi langsung itu kunci. Laporan dari Forum Dialog Antarbudaya (2025) menyebutkan, obrolan tatap muka, bikin kita lebih mengerti. 

Daripada cuma dengar dari gosip. Atau baca di koran saja. Dengan bicara langsung, kita tahu perasaan orang. Kita jadi lebih manusiawi.

- Buka Hati dan Pikiran. 

Sikap Bas Veth tertutup sekali. Dia tidak mau terbuka. Ini bikin dia menderita sendiri. Padahal, dunia ini luas. Banyak hal baru. Studi dari Merry Riana Learning Centre (2024) menunjukkan, orang yang mau terbuka, hidupnya lebih bahagia. 

Mereka mudah beradaptasi. Dan punya banyak teman. Jangan jadi seperti Bas Veth. Yang cuma mau melihat dirinya sendiri.

Pelajaran utamanya sederhana. Untuk bisa mengerti sebuah tempat, atau orang lain, kita harus mau masuk ke dalamnya. Harus mau berinteraksi. Jangan cuma lihat dari jauh. 

Kalau tidak, kita hanya akan menemukan kebosanan. Seperti Bas Veth. Kita akan kehilangan banyak hal indah. Yang sebenarnya ada di depan mata.

***

Referensi: 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun