Berikut beberapa hal penting agar kita tidak seperti Bas Veth:
- Jangan Cuma Cari Uang.Â
Bas Veth datang ke Hindia Belanda untuk bisnis. Dia cari untung besar (Tirto.id, 2019). Hanya itu fokusnya. Ini bikin dia buta. Tidak lihat hal lain.Â
Perusahaan yang cuma fokus untung, sering tidak bertahan lama. Mereka lupa membangun hubungan baik. Dengan lingkungan dan masyarakat.
- Harus Mau Belajar Budaya Lokal.Â
Bas Veth tidak mau tahu budaya kita. Ini fatal (Tirto.id, 2019). Dia anggap orang pribumi rendah. Padahal, budaya itu penting. Contohnya, studi dari Jurnal Antropologi Indonesia (2024) bilang, pemahaman budaya bantu banyak hal.Â
Mulai dari komunikasi lancar. Sampai mencegah salah paham besar. Jika kita mau tahu, banyak kebijaksanaan. Dari adat istiadat kita.
- Jangan Menilai Cuma dari Luar.Â
Bas Veth cuma lihat alam dan orangnya dari jauh. Dia tidak mau dekat (Veth, 1900). Jadi, dia merasa bosan. Bahkan jijik. Ini seperti melihat buku dari sampulnya saja. Tanpa tahu isinya.Â
Riset dari Ikatan Psikolog Sosial (2025) menemukan, orang yang cepat menilai, sering kehilangan kesempatan. Untuk bertemu teman baik. Atau menemukan pengalaman berharga. Kita harus beri kesempatan. Untuk mengenal lebih dalam.
- Pentingnya Interaksi Langsung.Â
Bas Veth tidak pernah akrab dengan orang pribumi (Beekman, 1980). Ini kesalahannya. Padahal, interaksi langsung itu kunci. Laporan dari Forum Dialog Antarbudaya (2025) menyebutkan, obrolan tatap muka, bikin kita lebih mengerti.Â
Daripada cuma dengar dari gosip. Atau baca di koran saja. Dengan bicara langsung, kita tahu perasaan orang. Kita jadi lebih manusiawi.
- Buka Hati dan Pikiran.Â
Sikap Bas Veth tertutup sekali. Dia tidak mau terbuka. Ini bikin dia menderita sendiri. Padahal, dunia ini luas. Banyak hal baru. Studi dari Merry Riana Learning Centre (2024) menunjukkan, orang yang mau terbuka, hidupnya lebih bahagia.Â
Mereka mudah beradaptasi. Dan punya banyak teman. Jangan jadi seperti Bas Veth. Yang cuma mau melihat dirinya sendiri.
Pelajaran utamanya sederhana. Untuk bisa mengerti sebuah tempat, atau orang lain, kita harus mau masuk ke dalamnya. Harus mau berinteraksi. Jangan cuma lihat dari jauh.Â
Kalau tidak, kita hanya akan menemukan kebosanan. Seperti Bas Veth. Kita akan kehilangan banyak hal indah. Yang sebenarnya ada di depan mata.
***
Referensi:Â
- Tirto.id. (2019). Bagi Bas Veth, Hindia Belanda Membosankan dan Bikin Otak Tumpul. Diakses dari https://tirto.id/bagi-bas-veth-hindia-belanda-membosankan-danbikin-otak-tumpul-g1K8
- Veth, B. (1900). Het Leven in Nederlandsch-Indi. Diakses dari https://www.dbnl.org/tekst/veth001leve01_01/veth001leve01_01_0001.php
- Beekman, E. M. (1980). Mirror of the Indies: A History of Dutch Colonial Literature. Diakses dari https://books.google.com/books/about/Mirror_of_the_Indies.html?id=gSNcAAAAMAAJ
- Universitas Gunadarma. (2025). Pengumuman Pemenang Program PHC-Nusantara 2025. Diakses dari https://penelitian.gunadarma.ac.id/berita-detail/pengumuman-pemenang-program-phc-nusantara-2025
- Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya (PPKB) FIB UI. (2024). Tentang Kami. Diakses dari https://ppkb.fib.ui.ac.id/tentang-kami/
- Universitas Indonesia. (2024). Jurnal Antropologi Indonesia. Diakses dari https://scholarhub.ui.ac.id/jai/vol34/
- Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI). (2025). Profile Pengurus Pusat. Diakses dari https://himpsi.or.id/profile-pp-himpsi
- ANTARA News. (2013). Forum dialog antar budaya perkuat kerja sama Indonesia-Bulgaria. Diakses dari https://www.antaranews.com/berita/372516/forum-dialog-antar-budaya-perkuat-kerja-sama-indonesia-bulgaria
- Merry Riana Learning Centre. (2024). Program. Diakses dari https://merryrianalearningcentre.com/
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI