Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jejak CEP dan IKP, Partai Agama di Era Kolonial

8 Juli 2025   19:00 Diperbarui: 3 Juli 2025   19:03 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Partai peserta Pemilu tahun 1971(Mengenal Kabinet RI Selama 40 Tahun Indonesia Merdeka (1985) via Kompas.com)

- Membangun kekuatan lewat persatuan.

Mereka tahu jumlah mereka sedikit. Suara mereka kecil. Kalau berjuang sendiri-sendiri, pasti kalah. Satu-satunya jalan adalah bersatu. 

Partai menjadi wadah pemersatu itu. Anggota partai bukan cuma politisi. Tapi juga pendeta, guru, dan warga biasa. Mereka rutin mengadakan pertemuan. Mereka menerbitkan surat kabar sendiri untuk menyebarkan gagasan. 

Kekuatan mereka bukan pada senjata. Tapi pada solidaritas. Hingga kini, penguatan masyarakat sipil jadi prioritas. Tujuannya memastikan demokrasi tetap berjalan (Laporan Tahunan PBB di Indonesia, 2023). 

Apa yang mereka lakukan seratus tahun lalu, adalah contoh awalnya. Mereka menunjukkan sesuatu. Persatuan kelompok kecil bisa hasilkan kekuatan besar.

Pada akhirnya, cerita CEP dan IKP ini bukan soal politik. Ini adalah soal harga diri. Soal menolak untuk dianggap tidak ada. Mereka mengajari kita pelajaran penting. 

Setiap kelompok, sekecil apapun, berhak berjuang. Berjuang untuk nasibnya sendiri. Perjuangan untuk didengar itu adalah perjuangan penting. Perjuangan diakui sebagai manusia seutuhnya. 

Ini pelajaran yang tak lekang oleh waktu. Pelajaran yang terus relevan hingga hari ini.

Begitulah ceritanya. Kisah sederhana tentang perjuangan mencari tempat. 

Kadang, untuk merasa utuh, kita hanya butuh satu hal. Yaitu didengarkan. Dan itu, adalah urusan kita semua. Sampai kapan pun.

***

Referensi:

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun