Pasca kekalahan telak dari Jepang. Evaluasi mendalam menuntut adanya perbaikan strategi. Dan pemilihan personel yang lebih tepat, seperti dilaporkan oleh Bola.net (2025).Â
Analisis lebih lanjut menyarankan agar tim tidak lagi terpaku pada strategi menyerang penuh yang berisiko.
Pendekatan pragmatis dengan blok pertahanan menengah (mid-block). Dan transisi cepat ke serangan balik kini dinilai lebih efektif.Â
Menurut Bola.com (2025), strategi ini dapat meminimalisir kebobolan. Sekaligus memaksimalkan peluang. Kehadiran pemain seperti Ole Romeny yang lincah. Jay Idzes yang kokoh. Jadi kunci implementasi taktik ini.
Pada akhirnya, filosofi kepelatihan pun harus berevolusi jadi lebih efisien.
Euforia sejarah hanyalah pijakan. Jika ingin bermimpi lebih besar, evaluasi dan adaptasi strategi adalah keniscayaan.
Jawaban pertanyaan saya mulai terbentuk. Ya, strategi lama tidak akan cukup. Strategi ini akan menghancurkan rencana kita.
Saya memejamkan mata. Dan membayangkan permainannya. Timnas tidak lagi merangsek maju, membabi buta. Saya melihat sebelas pemain membentuk tembok rapat di area tengah lapangan. Menunggu lawan membuat kesalahan.
Saya melihat Jay Idzes jadi komandan tembok itu. Ia memberi instruksi. Menggeser garis pertahanan dengan tenang. Lalu, saat lawan kehilangan bola.Â
Saya melihat transisi terjadi. Bola langsung mengalir ke depan. Di sana, Ole Romeny sudah menunggu. Ia tidak butuh banyak peluang. Romeny hanya butuh satu momen untuk mengeksekusi dengan dingin.
Pikiran saya jernih. Mimpi Piala Dunia bukan soal semangat berapi-api. Era baru ini menuntut efisiensi yang kejam. Kemenangan mungkin tidak selalu indah.Â