Marx membagi masyarakat ke dalam dua kelas. Borjuis (pemilik modal) dan proletariat (kaum pekerja). Dalam sistem kapitalis, borjuis mengontrol alat produksi dan keuntungan.Â
Sementara proletariat tidak memiliki kontrol atas produksi dan rentan terhadap pengangguran.
Teori ini menjelaskan bahwa pengangguran muncul akibat kebijakan ekonomi yang mengutamakan keuntungan dan efisiensi. Bukan kesejahteraan pekerja.Â
Marx menyoroti ketidaksetaraan dalam distribusi sumber daya dan kesempatan. Dengan kata lain, pengangguran bukan hanya soal kurang keterampilan atau peluang. Ini soal sistem ekonomi yang menciptakan ketidakadilan dalam distribusi pekerjaan.Â
Laman Tirto.id (2019) menyebut, sistem kapitalis memperburuk ketimpangan sosial dan menyebabkan ketidakstabilan pekerjaan.
Mengubah Sistem, Bukan Hanya Meningkatkan Keterampilan Individu
Jika kita hanya fokus pada solusi individu, seperti mencari kerja atau meningkatkan keterampilan, kita tak akan mendapatkan perubahan signifikan.Â
Keterampilan memang penting, tapi bukan satu-satunya solusi. Menurut laman Retizen Republika (2025), pengangguran adalah masalah struktural yang memerlukan perubahan sistemik.
Solusi yang lebih efektif adalah merancang kebijakan untuk mengatasi ketidaksetaraan dalam akses pendidikan, pelatihan, dan kesempatan kerja.Â
Misalnya, redistribusi sumber daya yang lebih adil dan kebijakan ekonomi yang mendukung sektor yang menciptakan lapangan kerja merata. Kebijakan ini harus berpihak pada rakyat. Bukan hanya efisiensi ekonomi yang memperburuk ketimpangan.
Marx menyatakan bahwa perubahan dalam struktur sosial dan ekonomi diperlukan untuk menyelesaikan masalah pengangguran. Solusi yang lebih baik adalah kebijakan yang mendukung keberagaman sektor pekerjaan.Â
Hal ini memberi kesempatan bagi mereka yang kurang mendapat akses. Selain itu, mendukung pemerataan pendidikan dan pelatihan.Â