Beragama dengan akal sehat berarti kita tidak hanya menerima segala sesuatu begitu saja. Tapi juga mampu untuk menganalisis dan mengevaluasi ajaran itu.
Sebagai contoh, dalam situasi di mana seseorang mengklaim bahwa ia memiliki kekuatan untuk menyelamatkan seseorang melalui pernikahan batin, kita perlu bertanya. Apa ini benar sesuai dengan ajaran agama yang kita kenal? Apa ada dasar yang jelas dalam agama yang membenarkan klaim itu?Â
Mengedepankan akal sehat berarti kita tidak takut untuk bertanya dan mencari kebenaran. Bahkan jika itu berarti menantang otoritas agama yang kita hormati.
Akal sehat juga membantu untuk menjaga kebebasan berpikir.Â
Dalam masyarakat yang makin kompleks, kita sering terjebak dalam norma-norma yang ada.Â
Tapi penting untuk diingat bahwa tiap orang berhak untuk menentukan keyakinannya sendiri. Asal tidak merugikan orang lain.Â
Melawan manipulasi bukan berarti kita harus menentang agama. Tapi justru berarti kita harus memahami agama secara lebih mendalam. Dengan berpikir kritis dan terbuka.
Kesimpulan
Kita tentu ingin punya keyakinan yang kuat dan benar. Keyakinan yang bukan hasil dari manipulasi atau tekanan eksternal. Iman yang merdeka adalah iman yang tumbuh dari pemahaman yang mendalam. Bukan sekadar ikut arus.Â
Agar bisa sampai ke titik itu, kita harus mengasah akal sehat. Mendidik diri untuk berpikir kritis. Dan tidak takut untuk mempertanyakan apa yang kita terima.
Melalui pendidikan agama yang reflektif dan kritis, kita bisa mencegah terjadinya manipulasi yang merugikan. Akal sehat bukan hanya sekadar alat praktis. Tapi juga fondasi yang melindungi dari pengaruh negatif yang merusak kebebasan berpikir.Â
Dengan menjaga kebebasan berpikir, kita akan memiliki keyakinan yang tidak hanya kuat. Tapi juga merdeka dari segala bentuk eksploitasi.