Biasanya, ia mengurangi jarak tempuh dan menurunkan kecepatan. Ia juga memilih lari menjelang berbuka, supaya bisa langsung minum setelahnya. Â
Dyah Kaniasari dari Adewan Running Academy melakukan hal serupa. Ia merasa tubuh lebih cepat lelah saat puasa, jadi harus pintar menyiasatinya. Â
"Saya lebih segar kalau lari di tempat banyak pepohonan," ujarnya kepada Kompas.com. Â
Bagi Randi dan Dyah, lari saat puasa bukan cuma soal fisik. Ini juga soal mental dan menjaga konsistensi meski pola makan berubah.
Olahraga Saat Perut Kosong: Sains Mendukung Â
Lari tanpa makan dan minum lebih dari 12 jam terdengar berat. Tapi, penelitian membuktikan ada manfaatnya. Â
Menurut Kompas TV, lari saat puasa meningkatkan pembakaran lemak dan metabolisme.Â
Tanpa asupan makanan, tubuh memakai cadangan lemak sebagai energi. Ini membantu metabolisme lebih efisien. Â
Selain itu, olahraga saat puasa melatih tubuh menghadapi perubahan energi. Ini penting bagi pelari yang ingin meningkatkan ketahanan aerobik. Â
Tapi, ada syaratnya. Menurut pelatih kebugaran Jansen Ongko, intensitas olahraga harus disesuaikan saat puasa. Ia menyarankan mengurangi kecepatan dan durasi lari agar tubuh bisa beradaptasi.Â
Jika merasa lemas atau pusing, jangan dipaksakan. Hal ini ia sampaikan dalam wawancara dengan Tempo.co. Â
Waktu olahraga juga berpengaruh. Menurut dosen kedokteran Universitas Muhammadiyah Surabaya, ada dua waktu terbaik: Â
- Menjelang berbuka, karena tubuh masih punya energi dari sahur dan bisa segera makan setelahnya. Â
- Setelah tarawih, karena tubuh sudah mendapat nutrisi dari berbuka dan lebih siap untuk olahraga lebih berat. Â