Lalu, apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa meskipun mayoritas masyarakat Indonesia mengaku religius, masih banyak perilaku yang bertentangan dengan ajaran agama?Â
Salah satu jawabannya adalah karena agama sering kali hanya dipandang sebagai simbol dan bukan sebagai substansi dalam kehidupan sehari-hari.Â
Banyak orang yang lebih fokus pada penampilan agama, seperti mengenakan pakaian agama dan melakukan ritual doa, daripada benar-benar menghayati ajaran agama dalam perilaku mereka.
Penting bagi kita untuk kembali merenungkan apa arti agama sebenarnya dalam kehidupan kita. Agama bukan hanya soal ritual atau simbol yang kita tampilkan di luar.Â
Tetapi tentang bagaimana kita menerapkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.Â
Nilai-nilai seperti kejujuran, kasih sayang, dan keadilan adalah ajaran yang harus diterapkan dalam setiap aspek kehidupan kita, baik dalam pekerjaan, hubungan sosial, maupun di dunia maya.
Menurut Ahmad Muttaqin, Sekretaris Majelis Penelitian dan Pengembangan PP Muhammadiyah, praktik beragama di Indonesia masih sebatas "beragama" dan belum sampai pada tahap "berkeagamaan".Â
Artinya, banyak orang Indonesia yang menganggap agama sebagai identitas sosial atau budaya, bukan sebagai panduan hidup yang dijalankan dengan sungguh-sungguh.Â
Hal inilah yang harus kita ubah. Pendidikan agama yang mendalam harus dilakukan agar masyarakat bisa lebih memahami dan menghayati ajaran agama dalam kehidupan mereka.Â
Tidak hanya di ruang ibadah, tetapi juga di ruang publik dan dalam setiap tindakan mereka sehari-hari.
Penutup
Sudah saatnya kita berhenti melihat agama hanya sebagai simbol yang kita tampilkan di luar, dan mulai menjadikannya sebagai pedoman hidup yang mendalam. Dengan meningkatkan pemahaman dan penghayatan agama yang lebih substansial, kita bisa berharap bahwa Indonesia tidak hanya dikenal sebagai negara yang religius, tetapi juga sebagai negara yang mampu menciptakan masyarakat yang lebih adil, jujur, dan penuh kasih sayang.