Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Kupas Tuntas Cara Membuat Artikel Opini Berkualitas

16 Januari 2025   10:00 Diperbarui: 13 Januari 2025   23:11 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menulis artikel opini untuk media online. (Photo by PEXELS/EVG Kowalievska)

Di era sekarang, setiap orang memiliki wadah untuk berbicara. Mulai dari status galau di media sosial hingga video tutorial memasak di internet. 

Namun, dari banyaknya suara yang hadir, terkadang kita kesulitan membedakan mana yang benar-benar bermutu dan mana yang sekadar omongan kosong. 

Tulisan opini hadir sebagai alternatif, menelaah berbagai informasi dan menyajikannya dengan argumen yang logis, data yang valid, dan bahasa yang mudah dimengerti. 

Jika berita adalah seperti makanan cepat saji yang instan, maka artikel opini adalah seperti masakan rumahan yang dibuat dengan cinta dan bahan-bahan berkualitas.

Definisi Artikel Opini

Artikel opini, sederhananya, adalah tulisan yang berisi pendapat atau pandangan seseorang mengenai suatu isu atau permasalahan. 

Berbeda dengan berita yang menyajikan fakta apa adanya, artikel opini menyertakan interpretasi, analisis, dan argumen dari penulisnya. 

Dalam artikel opini, penulis bebas menyampaikan pendapatnya, tetapi tentu saja harus didukung dengan alasan yang logis, fakta yang relevan, dan penyampaian yang jelas agar pembaca dapat memahami sudut pandang yang ingin disampaikan. 

Artikel opini bukan sekadar curahan hati atau omongan tanpa dasar, melainkan tulisan yang dibuat dengan pemikiran yang matang dan tujuan yang jelas.

Dalam artikel opini, penulis tidak hanya sekadar menyampaikan apa yang dipikirkannya, tetapi juga berusaha untuk meyakinkan pembaca tentang kebenaran atau pentingnya pandangan tersebut. 

Oleh karena itu, artikel opini sering kali melibatkan penggunaan data, contoh, dan referensi untuk memperkuat argumen yang disampaikan. 

Penulis juga harus mempertimbangkan berbagai sudut pandang dan potensi keberatan terhadap argumennya, sehingga artikel opini dapat menjadi sebuah tulisan yang komprehensif dan informatif.

Bagaimana Artikel Opini Dibuat?

1. Pemilihan Topik

Ilustrasi. (Photo by PEXELS/Pavel Danilyuk)
Ilustrasi. (Photo by PEXELS/Pavel Danilyuk)
Milih topik buat artikel opini itu kayak lagi milih makanan di warung, harus yang kita suka dan bikin kita semangat buat ngunyah. 

Topik yang bagus itu ya topik yang lagi rame dibicarain orang atau yang memang bikin kita penasaran pengen cari tahu lebih dalam. 

Jangan milih topik yang kita sendiri aja bingung, nanti pas nulis malah kayak lagi ngelantur. Terus, topik itu juga jangan yang datar-datar aja, tapi yang bisa bikin orang mikir dan punya pendapat yang beda-beda, biar diskusinya jadi seru.

Nah, pas milih topik itu, kita juga harus mikirin siapa yang bakal baca tulisan kita. Kalau yang baca itu orang-orang yang udah pada ngerti, ya kita bisa bahas yang agak daleman dikit. 

Tapi kalau yang baca itu orang-orang yang masih awam, ya kita harus bahas yang gampang-gampang aja, biar semua pada ngerti. 

Jangan lupa juga, kita harus cari topik yang datanya atau informasinya banyak, biar kita pas nulis gak kayak lagi nyari jarum di tumpukan jerami.

Yang paling penting, pilih topik yang kita suka. Nulis itu kan kayak lagi nyeritain sesuatu, kalau topiknya kita suka, ya kitanya jadi semangat buat nulis. 

Jadi, jangan asal milih topik cuma karena lagi ngetren atau karena orang lain pada ngomongin. Pilih topik yang emang dari hati, biar pas nulis juga jadi enak dan hasilnya memuaskan.

2. Pengumpulan Argumen

Ilustrasi mengumpulkan bahan referensi. (Photo by PEXELS/George Milton)
Ilustrasi mengumpulkan bahan referensi. (Photo by PEXELS/George Milton)
Kalau kita udah dapat topik, sekarang waktunya cari bahan buat ngomong, alias ngumpulin argumen. Ibarat mau masak, kita harus nyiapin bumbu-bumbunya dulu. 

Argumen ini kayak alasan-alasan kenapa kita punya pendapat kayak gitu. Nah, cara ngumpulinnya bisa dari mana aja. Bisa dari baca buku, koran, atau artikel di internet. Bisa juga dari ngobrol sama teman, lihat video, atau bahkan dari pengalaman kita sendiri. 

Pokoknya, semua informasi yang bisa mendukung pendapat kita, itu bisa jadi argumen.

Pas lagi ngumpulin argumen, jangan cuma ambil satu sudut pandang aja. Kita juga harus lihat dari sisi lain, biar argumen kita jadi lebih kuat dan gak gampang dipatahkan orang. 

Jadi, kita harus cari tahu juga apa kata orang lain tentang topik yang kita bahas. Jangan cuma ngikutin apa kata hati kita aja, tapi kita juga harus mikir dan lihat fakta yang ada. 

Kita juga harus hati-hati sama informasi yang kita dapat, jangan sampai kita kemakan berita bohong alias hoaks.

Jadi, ngumpulin argumen itu kayak lagi nyari harta karun. Kita harus rajin nyari, teliti, dan jangan gampang nyerah. Makin banyak argumen yang kita punya, makin bagus tulisan opini kita. 

Tapi, jangan lupa juga, argumen yang kita pakai itu harus masuk akal dan bisa dipertanggungjawabkan, bukan asal ngomong aja.

Kalimat ini penting banget. Maksudnya, setiap argumen yang kita tulis itu harus ada dasarnya, bukan cuma karena kita merasa benar atau karena lagi mood aja. 

Argumen yang baik itu harus bisa dipertanggungjawabkan, artinya kita punya bukti atau referensi yang mendukung apa yang kita omongin.

Referensinya bisa dari mana aja, misalnya dari situs berita, buku, jurnal, artikel ilmiah, atau sumber-sumber lain yang terpercaya. 

Kita juga bisa pakai data-data statistik atau hasil penelitian yang relevan. 

Intinya, kita harus tunjukkin kalau argumen kita itu bukan omong kosong, tapi berdasarkan fakta dan kajian yang jelas. Selain itu, kita juga harus mikirin, apakah kita atau referensi kita cukup kompeten buat ngebahas topik ini. 

Jangan sampai kita nulis opini tentang sesuatu yang sama sekali kita gak tahu. Lebih baik, kita nulis tentang hal yang kita kuasai dan kita pahami betul, biar argumen kita juga jadi lebih kuat dan meyakinkan.

3. Penyusunan Argumen

Ilustrasi menyusun argumen. (Photo by PEXELS/Kampus Production)
Ilustrasi menyusun argumen. (Photo by PEXELS/Kampus Production)
Menyusun argumen itu kayak lagi bercerita, harus pas dan teratur biar ceritanya jadi jelas. Kita gak bisa asal tempel sana-sini, nanti malah jadi berantakan. 

Kita mulai dari argumen yang paling kuat, lalu kita susun argumen-argumen pendukungnya. Kita juga harus mikirin alur ceritanya, dari mana kita mulai dan ke mana kita akan berakhir.

Coba kita lihat gimana cara penulis opini terkenal menyusun argumennya. 

Misalnya, ada Najwa Shihab, dia itu kalau ngasih opini atau pertanyaan dalam wawancara biasanya selalu didukung dengan data dan fakta yang kuat. 

Dia juga sering mengutip pendapat dari ahli atau narasumber yang kompeten. Jadi, argumen dia itu gak cuma sekadar omongan, tapi juga berdasarkan penelitian dan kajian yang mendalam.

Intinya, nyusun argumen itu bukan cuma soal nyusun kata-kata, tapi juga soal bagaimana kita merangkai ide dan gagasan kita dengan terstruktur dan logis. Kita harus bisa membuat pembaca mengikuti alur berpikir kita, dari awal, tengah, sampai akhir

4. Gaya Penulisan

Ilustrasi menentukan gaya penulisan. (Photo by PEXELS/Ivan Samkov)
Ilustrasi menentukan gaya penulisan. (Photo by PEXELS/Ivan Samkov)
Gaya penulisan itu kayak gaya kita berpakaian, harus disesuaikan dengan acara dan siapa yang akan melihat kita. 

Kalau kita nulis artikel opini, gaya bahasanya juga harus disesuaikan, biar tulisan kita enak dibaca dan pesannya sampai ke pembaca. 

Kita gak bisa pakai gaya bahasa yang kaku kayak lagi nulis surat lamaran kerja, tapi juga gak bisa pakai gaya bahasa yang terlalu santai kayak lagi ngobrol sama teman di warung kopi. Jadi, harus pas dan seimbang.

Gaya bahasa dalam artikel opini itu harus jelas dan lugas, jangan bertele-tele dan muter-muter kayak lagi nyari alamat. 

Kita harus pakai kalimat yang efektif dan langsung ke inti masalah, biar pembaca gak bingung dan cepat memahami apa yang kita maksud. 

Kita juga bisa pakai bahasa sehari-hari yang mudah dimengerti, tapi tetap harus sopan dan santun. Hindari penggunaan bahasa yang kasar atau kata-kata yang bisa menyinggung perasaan orang lain. 

Selain itu, kita juga bisa selipin sedikit humor atau anekdot ringan biar tulisan kita gak terlalu serius dan membosankan.

Yang paling penting, gaya penulisan kita itu harus sesuai dengan karakter dan kepribadian kita sendiri. 

Kita gak perlu ikut-ikutan gaya orang lain, tapi kita harus menemukan gaya kita sendiri yang unik dan khas.

Kelebihan dan Kekurangan Artikel Opini

Ilustrasi kelebihan dan kekurangan. (Photo by PEXELS/KoolShooters)
Ilustrasi kelebihan dan kekurangan. (Photo by PEXELS/KoolShooters)
Artikel opini itu punya dua sisi, ada kelebihan dan ada kekurangannya.

Kalau kelebihannya, artikel opini itu bisa bikin kita mikir lebih dalam tentang suatu masalah. Kita bisa dapat pandangan baru dari orang lain, yang mungkin belum pernah kita pikirin sebelumnya. 

Artikel opini juga bisa jadi tempat buat kita belajar dan nambah pengetahuan, karena biasanya penulisnya suka nyantumin data atau fakta yang menarik. 

Terus, artikel opini juga bisa jadi tempat kita buat ngasih pendapat, mengkritik, atau bahkan memberi solusi tentang suatu masalah. Jadi, artikel opini itu bukan cuma sekadar tulisan, tapi juga bisa jadi alat buat perubahan.

Tapi, artikel opini juga punya kekurangannya. Kadang, artikel opini itu isinya cuma pendapat pribadi penulis aja, jadi kita gak bisa langsung percaya begitu aja. 

Kita juga harus tetap kritis dan mikir sendiri, jangan langsung kemakan semua yang ditulis di artikel opini. 

Terus, kadang ada juga artikel opini yang isinya provokasi atau malah nyebar berita bohong. Jadi, kita sebagai pembaca harus pinter-pinter milih artikel yang bener dan bisa dipertanggungjawabkan. 

Selain itu, artikel opini juga bisa bikin kita emosi kalau pendapat penulisnya gak sesuai sama pendapat kita. Jadi, kita juga harus bisa nerima perbedaan pendapat dan gak gampang tersulut emosi.

Artikel Opini yang Baik di Media Online

Ilustrasi menulis artikel opini untuk media online. (Photo by PEXELS/EVG Kowalievska)
Ilustrasi menulis artikel opini untuk media online. (Photo by PEXELS/EVG Kowalievska)
Sebenarnya, bagus atau tidaknya suatu artikel opini itu tergantung dari sudut pandang masing-masing orang. 

Di media online biasanya, kualitas artikel opini itu ditentukan sama yang punya media (moderator konten) dan juga apa yang lagi disukai pembaca (trend). 

Tapi, kalau kita lihat dari apa yang sudah kita bahas sebelumnya, kita bisa sedikit banyak tahu kalau opini yang bagus itu ya opini yang masuk akal, runut, dan didukung sama referensi yang jelas. 

Referensinya itu juga harus dari orang atau sumber yang kompeten di bidangnya.

Misalnya, kamu baca artikel opini tentang masalah pendidikan. Kalau penulisnya cuma asal ngomong tanpa kasih data atau contoh yang jelas, ya kita jadi ragu sama pendapatnya. 

Tapi, kalau penulisnya kasih data statistik dari lembaga penelitian yang terpercaya, terus kasih contoh-contoh konkret dari kejadian di lapangan, nah itu baru opini yang bisa dipertanggungjawabkan. 

Atau, misalnya ada artikel opini tentang politik, penulisnya gak cuma nyalahin pemerintah aja, tapi juga kasih solusi yang masuk akal dan bisa dipertimbangkan, nah itu juga termasuk opini yang bagus.

Intinya, artikel opini yang baik itu bukan cuma artikel yang tulisannya bagus atau yang isinya setuju sama pendapat kita. 

Tapi, artikel opini yang baik itu adalah artikel yang bisa bikin kita mikir, bisa kasih kita informasi baru, dan bisa bikin kita jadi lebih bijak dalam melihat suatu masalah. 

Jadi, kalau kamu baca artikel opini, jangan cuma lihat dari siapa penulisnya atau dari mana medianya, tapi lihat juga dari isi dan argumennya. 

Apakah argumennya masuk akal, apakah didukung sama referensi yang jelas, dan apakah penulisnya punya kompetensi di bidang yang dia bahas.

Penutup

Artikel opini itu bukan sekadar tulisan, tapi juga cerminan dari pikiran dan pandangan kita tentang dunia. 

Dengan menulis opini, kita bisa belajar untuk berpikir kritis dan menyampaikan ide dengan lebih terstruktur. 

Artikel opini yang baik itu bak api unggun, bisa menerangi pikiran dan memanaskan diskusi. Jangan pernah takut untuk beropini, karena dari situlah kita bisa belajar dan tumbuh bersama. 

Ingat, dunia ini penuh dengan warna, termasuk warna-warni opini yang berbeda.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun