Mohon tunggu...
Ahyarros
Ahyarros Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger | Editor book | Pegiat literasi dan Perdamaian |

Blogger | Editor book | Pegiat literasi dan Perdamaian |

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Buku yang Saya Sukai di 2020 (Kemarin)

10 Februari 2021   10:28 Diperbarui: 10 Februari 2021   10:55 958
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi buku 2020 (Foto Ahyarros)

Sejak Covid-19 tahun lalu, kegiatan di luar rumah sangat terbatas. Di awal Covid-19, saya masih bolak balik Depok- Jakarta (tepatnya di Senayan). Selang satu minggu, satu persatu warga ibu kota positif wabah Covid-29. Karena khawatir kondisi ibu kota yang makin hari kurang membaik, saya putuskan untuk balik kampung. Beruntung, semua kerjaan masih bisa diselesaikan jarak jauh. Di Lombok, saya banyak berdiam diri di rumah.

Di sela-sela bekerja di rumah (WFH), saya menemukan bacaan menarik selama berdiam diri di rumah, paling tidak ada puluhan buku yang sempat saya catat. Dan sebagiannya, saya catat sebagian kecil.

Populisme Islam di Indonesia dan Timur Tengah 

Tahun 2020 adalah kali pertama, saya membaca buku Vedi R. Hadiz (peneliti alumnus Universitas Indonesia). Dalam buku ini, Vedi R. Hadiz menawarkan satu pendekatan baru dalam bidang kajian politik Islam dengan membandingkan evolusi Islam Indonesia dan Timur Tengah (Mesir dan Turki). Vedi. R. Hadiz mengunakan kacamata sosio-historis dan ekonomi politik.

Foto, Ahyarros
Foto, Ahyarros

Penjelasan yang ditawarkan dalam buku ini memberikan cara pandang baru untuk memahami bagimana perkembangan politik Islam belakangan terakhir ini. Berbagai bentuk politik Islam dapat dipahami sebagai sebagai hasil dari perjuangan atas kekuasaan, sumber daya material, dan akibat dari konflik dalam berbagai konteks sosio-historis. Saya mulai serius membaca buku ini, setelah seorang teman satu angkutan kuliah di Universitas Paramadina, Jakarta.

Pemikiran Stratejik Intelijen 

Berkat perjumpaan seorang teman pengajar di Universitas Indonesia, saya disarankan membaca buku kajian tentang intelijen. Kata sobat ini, bukunya sangat bagus, stoknya juga terbatas di toko buku dan menjadi bacaan di kampus-kampus intelijen. Setelah bertemu dengan teman ini, saya lansung membeli buku ini Gramedia, Plaza Indonesia. 

Harganya lumayan, berkisar 250.000, tapi karena bacaanya bergizi, saya pun beli bersama dua buku dengan penulis yang sama, Margaretha Hanita, pengajar di Kajian Stratejik dan Global, UI. Untuk merampungkan buku ini, saya membutuhkan waktu satu bulanan lebih.

Foto, Ahyarros
Foto, Ahyarros

Sepulang dari Senayan, saya cicil halaman demi halaman. Buku ini terbilang cukup serius ditulis, cocok untuk bacaan anak kuliahan dan para pegiat isu global dan intelijen, sebagian besar isinya merangkum perihal teori, sejarah dan model-model kerja intelijen. Saya suka buku ini, dari cara ia menjelaskan teori intelijen dari cerita-cerita klasik kuno dan kasus terkini. Hingga memudahkan warga biasa mencerna teori-teori di buku ini.

Mindset (Carol Dweck)

Mungkin kita pernah bertanya, kemana teman-teman yang dulunya menjadi kebanggaan guru karena nilai-nilai dan capaian angka 10 atau A dan nilai pandai dikelas? Sebagian kita pasti pernah menduga, kelak merekalah yang akan mewarnai kehidupan menjadi ilmuan yang sering dikutip publik, insinyur hebat, dokter spesialis ternama, pengusaha besar dan seterusnya.Namun dalam kehidupan ini, ternyata kita sering kecewa.

Karena yang muncul sebagai penerima penghargaan dunia ternyata bukan teman-teman kecil kita yang hebat itu, melainkan sebaliknya. Justru mereka yang dulu sekolah mengalami beragam kesulitan, tak sedikit menjadi penerima hadiah Nobel mengaku bahwa masa kecilnya dilalui dengan penuh lika-liku. Albert Einsten pernah dianggap idiot dan penemu sepanjang masa Thomas Alva Edison dikeluarkan dari sekolah. 

Foto, Ahyarros
Foto, Ahyarros

Berbagai studi belakangan ini, menunjukkan bahwa yang kerap muncul di media, menjadi ilmuwan terkenal, seniman berpengaruh, ekonom berpengaruh dan bahkan menjadi CEO berprestasi, ternyata sebagian besar dulunya bukan siswa yang cerdas tadinya. Lewat buku ini, Carol Dweck mengungkapkan hasil penelitiaanya yang menemukan bahwa ada faktor lain yang lebih penting dari kecerdasan yaitu mindset.

Dalam buku ini Carol Dweck membagi manusia lewat dua tipe; mindset tumbuh (growth mindset) dan mindset yang tetap (fixed mindset).Tipe fixed mindset cenderung mementingkan apa yang didapatkan dimasa lalunya, prestasi sekolah, ijazah dan gelar di perguruan tinggi dan orang tipe ini berpikir kerap tertinggal. Sebaliknya growth mindset, mereka adalah orang yang berani menghadapi tantangan baru.

Mereka percaya bahwa kecerdasan bisa berubah seperti otot, yang kalau dilatih terus-menerus akan menjadi kuat dan besar. Membaca karya Carol Dweck memberikan persfektif bahwa mindset tumbuh itu, kelak akan diraih oleh mereka yang berani menghadapi kesulitan dan tantangan-tantangan baru. Semua itu, bisa dilatih. Untuk itu peran tenaga pendidik dan orang tua sangat menjadi penentu. Buku ini sangat tepat dibaca oleh para pendidik, dan orang tua yang kini sedang membesarkan anak-anaknya.

Range 

Range, why generalists triumph in a specialized world, terpilih dalam 50 buku yang menurut Bill Gates sangat helful dan inspiring di 2020. Beberapa hari ini, saya nyicil membacanya. Pertama kali, saya baca saat seorang teman membagikan file pdfnya, tapi kurang nyaman membacanya, saya cari versi cetakan. Bukunya tak hanya penting biat para pekerja yang dikantoran, tapi juga buat para orang tua.

Foto, Ahyarros
Foto, Ahyarros

Saya beruntung bisa membaca buku rekomendasi Bill Gates. Pendiri microsoft ini, ia memberikan inspirasi bahwa, sebaiknya anak diberi kesempatan berkenalan dengan beragam kegiatan sebelum fokus ke satu bidang sejak dini (masih anak kecil).

Matinya Kepakaran

Tom Nichols menyebutkan yang menjadi penyebab awal dari situasi semua situasi dimana manusia tidak lagi merujuk pada pakar diberbagai masalah dan orang merasa lebih tau, karena perkembangan internet dan sosial media sosial media telah membuat masyarakat dunia bisa mengkonsumsi pikiran seseorang tanpa mengetahui latar belakang orang bersangkutan dan internet telah membuat semua orang bisa bicara lantang dan didengar, tetapi sebagian besar orang merasa tergoda berkomentar tentang hal-hal yang mereka tak pahami.

Catatan, buku John Nicohls ini Amerika banget, karena banyak merujuk pada kejadian di Negeri Paman Sam, tapi banyak kasusnya mirip dengan di Indonesia.

Foto, Ahyarros
Foto, Ahyarros

Di negeri ini banyak yang menolak kepakaran pada mereka yang cenderung menunjukkan diri dari golongan agamais, tapi tak sepenuhnya kelompok ini mencari pernyataan dari pakar, walau rujukan mereka keliru. Bagi Nicohls kepakaran itu merujukan pada mereka yan tak punya basis prinsip dan argumen yang kuat. Kontes kita, kepakaran sangat terkait dengan pengaruh polarisasi politik. Orang cenderung tak percaya pada pakar yan diluar kelompoknya. Sementara orang yang sekawan, dipercaya walau bukan ahli.

Mendaki Tangga yang Salah

Waktu di Depok, saya sempat mampir di mall kecil untuk membeli buku Eric Barker. Di buku ini, saya menemukan sukses tak semata buat mereka yang pintar, banyak uang, tapi sukses tentang bagaimana kita merangkai kebahagiaan dengan jalinan pertemanan dan kesyukuran.

Foto, Ahyarros
Foto, Ahyarros

Membaca buku Eric Barker memberikan perspektif berbeda perihal kesuksesan. Dalam satu halaman Eric Barker memberikan pandangan mengenai orang suskes. Dalam banyak situasi orang sukses itu bukan dari mereka yang penurut, tapi mereka yang berani berbeda dan punya prinsip atas pilihan hidupnya. Saya paling suka cara Eric Barker membuat narasi. Ia selalu memulai dengan cerita yang mengugah.

Seni untuk Bersikap Bodo Amat

Inti dari buku ini ada dihalaman terakhirnya. Anak itu bernama Mark Manson, ia anak baru berusia 19 tahun. Saat itu, Mark Manson kehilangan sahabat dekatnya, hingga membuat ia stres dan mengalami trauma panjang.Hari-hari Mark Manson penuh dengan traumatik. Ia lebih banyak merasakan penderitaan, tak memiliki semangat hidup. Sampai satu ketika, Mark bermimpi berjumpa dengan mendiang kawan karibnya, Josh namanya.Dari mimpi bertemu Josh.

Foto, ahyarros
Foto, ahyarros

Mark berpikir bahwa, mengapa seseorang cenderung menolak kesulitan dalam kehidupan kita? Bagi Josh itu adalah cara kita melupakan kematian. Kita kemudian memilih takut dengan berbagai masalah dalam kehidupan, pada dasarnya kita sedang ingin lari dari kematian, padahalnya, seseorang mengalami kematian dan waktu kita tak panjang.Belajar dari Mark Manson.

Sebenarnya apa yang kelak akan kita ingin wariskan setelah kematian? Kita perlu memiliki kesadaran diri tentang kematian. Inilah ide besar dari buku Mark Manson ini. Dengan kesadaran, kita akan punya nilai yang akan kita rasakan hanya dari sekedar mendapatkan tantangan dalam kehidupan.

Mengapa Negara Gagal

Buku Why nations fail, yang ditulis Daron Acemoglu dan James A. Robinson. Hingga kini masih relevan untuk dibaca. Bukunya lumayan tebal, tapi ekonom berpengaruh Negeri Paman Sam ini menarasikan hasil temuannya dengan bahasa sangat memikat. Buku ini terbilang sudah lama saya beli, tapi baru 2020 ini saya tuntaskan membacanya. 

Daron Acemoglu melakukan riset dan kajian sejarah tentang bagaimana sebuah negara timbul dan tenggelam. Bahkan ia cukup berani mengatakan bahwa institusi politik dan ekonomi menjadi penentu majunya negara.Negara maju dan tertinggal bukan disebabkan budaya, geografis, pengetahuan yang rendah, tapi semuanya bergantung dari penggelolaan institusi politik dan ekonomi.

Foto, Ahyarros
Foto, Ahyarros

Daron Acemoglu, mengatakan negara yang institusi politik dan ekonominya insklusif berpotensi menjadi negara kaya.Sedangkan negara yang institusi politik dan ekonominya ekstraktif cenderung berkutat pada kemiskinan dan ketertingalan, bahkan menjadi negara gagal. Buku yang keren, tak heran, jika buku ini menjadi bacaan paling disuka Prabowo Subianto (Kemenhan) RI Tahun 2020 telah berlalu. Kini kita sudah memasuki 2021, tahun yang penuh gejolak dan ketidakpastian. Semoga ditengah wabah Covid-19 ini, kita tetap diberikan kesehatan bersama keluarga dan orang terkasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun