Gempa bumi di Lombok, Palu, Sigi dan Donggala adalah contoh nyata berita sebenarnya bersumber dari kejadian by accident dan bukan berita jadi2an bersumber dari kejadian by design. Berita sebenarnya adalah kejadian yang tidak punya kaitan dengan agenda manusia baik yang terang2an maupun yang sembunyi2. Kejadiannya berada di luar agenda.
Meski kejadiannya di luar agenda manusia namun begitu berita sebenarnya otomatis masuk dan menjadi bagian dalam agenda manusia. Manusia menjadi terlibat dan melibatkan diri dalam pemberitaannya. Mulanya beritanya dibuat besar2an akhirnya beritanya menjadi kecil2an dan bahkan lenyap dari pemberitaan. Sebab berita sebenarnya dari kejadian by accident itu tidak lagi dianggap penting dan menarik untuk menjadi berita.
Begitu nasib berita sebenarnya bersumber dari kejadian by accident. Hanya dianggap penting dan menarik pada mulanya tapi lama kelamaan dianggap tidak penting dan tidak menarik.
Lain halnya dengan berita jadi2an bersumber dari kejadian by design. Kejadiannya selalu punya kaitan dengan agenda manusia baik yang terang2an maupun sembunyi2. Beritanya dibuat manusia sedemikian rupa agar selalu dianggap penting dan menarik. Karenanya bermunculan berita jadi2an bersumber dari satu kejadian by design ke kejadian by design lainnya. Layaknya film bersambung dari satu episode ke episode berikutnya mengandung berbagai ketegangan2 yang selalu berhasil menguras keingintahuan manusia sebesar-besarnya.
Tiap kali muncul berita jadi2an selalu saja mendapat perhatian besar dari manusia. Memicu keingintahuan manusia mengenai latar belakang kejadiannya dan tujuan akhir dari kejadiannya. Siapa pula pelaku2nya dan siapa pula korban2nya.
Hanya saja belum lagi tuntas keingintahuan manusia tiba2 muncul lagi berita jadi2an bersumber dari kejadian by design yang baru sehingga menutup berita jadi2an lama sebelumnya. Berita jadi2an yang baru dianggap lebih penting dan lebih menarik dari berita jadi2an lama sebelumnya. Berakibat berita jadi2an lama tenggelam tanpa pernah memberi kepuasan terhadap keingintahuan manusia secara tuntas dan pas. Selalu berakhir dengan menggantung dan serba tanggung.
Berita jadi2an yang baru pun tidak berlangsung lama karena bakal digantikan berita jadi2an yang lebih baru lagi. begitu pula keinginantahuan manusia mengenai latar belakang kejadiannya dan tujuan akhir dari kejadiannya tidak pernah bisa tuntas dan pas.
Bandingkan dengan berita sebenarnya bersumber dari kejadian by accident seperti gempa bumi di Lombok, Palu, Sigi dan Donggala. Keinginantahuan manusia mengenai latar belakang kejadiannya dan tujuan akhir dari kejadiannya terjawab tuntas dan pas. Bahwa gempa bumi dilator-belakangi adanya gerakan lempeng bumi. Tujuan kejadiannya membuat keseimbangan bumi dari satu keseimbangan ke keseimbang baru lainnya. Berlangsung terus-menerus tanpa disadari manusia.
Sebenarnya sebagian manusia masih belum puas perihal kejadian gempa bumi. Tapi pengetahuan dan pengalaman manusia begitu terbatas mengenai pergerakan lempeng bumi. Manusia2 ahli yang terus-menerus menelitinya dan mengamatinya pun belum menemukan pendeteksi pergerakan lempeng bumi buat membedakan mana yang berbahaya bagi manusia dan mana yang aman bagi manusia. Kecuali peralatan pengukur gempa dalam skala richter.
Berbeda ketika manusia menanggapi kejadian by design. Dalam hal ini manusia merasa punya pengetahudan pengalaman memadai untuk mengungkap dan menyingkap kejadiannya secara detil. Bahkan muncul kecenderungan manusia untuk merasa paling tahu atau sok tahu kalau kejadiannya pasti begitu dan begitu. Berusaha menjelaskan latar belakang kejadiannya dan tujuan akhir kejadiannya secara ilmiah meski sebenarnya pengetahuan dan pengalaman terbatas.
Upaya manusia memenuhi keingintahuan dari kejadian by design berdasarkan pengetahuan dan pengalaman masing2 membuat beritanya semakin menjadi-jadi. Hal inilah yang membuat kejadian by design selalu dianggap menarik dan penting. Menarik karena selalu ada bumbu2 penyedap di dalamnya. Penting karena selalu ada kaitannya dengan manusia itu sendiri.