Mohon tunggu...
Ahmad Humaidi
Ahmad Humaidi Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Mulai Menulis Dari MEDIA NOLTIGA (FMIPA UI), Sriwijaya Post, magang Kompas, Sumsel Post hingga sekarang tiada berhenti menulis... Menulis adalah amalan sholeh bagi diri dan bagi pembaca sepanjang menulis kebenaran dan melawan kebatilan.....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jika Capres Persembahan Menjadi Presiden Sesembahan

3 Juni 2018   23:00 Diperbarui: 3 Juni 2018   23:23 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kenyataannya, capres yang terpilih menjadi presiden dan benar-benar menjadi presiden berubah bukan lagi persembahan melainkan jadi sesembahan layaknya tuhan. Pasalnya, waktu masih menjadi capres mengemis-ngemis suara kepada rakyat tapi setelah menjadi Presiden suara rakyat yang mengkritiknya dan menasehatinya supaya mematuhi konstitusi justru diberangus. Presiden hanya menginginkan pujian dan pujaan dari siapapun. Jangan ada kritikan apalagi hujatan.

Sesembahan di mana-mana baik di masyarakat terbelakang maupun modern adalah sesuatu yang selalu dipuji dan dipuja. Tidak ada  yang berani mengkritiknya apalagi menghujatnya. Pokoknya segala pujian dan pujaan bagi sesembahan.

Dengan demikian presiden yang sebelumnya selagi masih menjadi capres berlaku serupa persembahan karena bebas dikritik dan dihujat tapi begitu menjadi presiden berlaku serupa sesembahan karena tidak mau dikritik dan dihujat. Padahal hanya Tuhan saja yang tidak bisa dikritik dan dihujat karena apapun diperbuat Tuhan adalah sempurna.

Manusia-manusia siapapun manusianya tidak akan pernah menjadi tuhan meskipun menjabat presiden seumur hidup. Karenanya presiden harus menerima kritik dan hujatan dari manapun datangnya agar tetap menjadi persembahan dan tidak berubah menjadi sesembahan. Jangan hendaknya presiden merebut kedudukan Tuhan sebagai sesembahan manusia dan alam.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun