Mohon tunggu...
Ahmad Humaidi
Ahmad Humaidi Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Mulai Menulis Dari MEDIA NOLTIGA (FMIPA UI), Sriwijaya Post, magang Kompas, Sumsel Post hingga sekarang tiada berhenti menulis... Menulis adalah amalan sholeh bagi diri dan bagi pembaca sepanjang menulis kebenaran dan melawan kebatilan.....

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Pilihan

Antara Daftar Menag dengan Natsir Hamka

23 Mei 2018   10:11 Diperbarui: 23 Mei 2018   10:19 763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (pixabay.com)

Menteri Agama (Menag) punya alasan dan dalil membuat Daftar 200 Penceramah. Pegangan buat takmir2 masjid. Ke-200 penceramah dianggap menyejukkan bagi negeri ini khususnya penguasa. Sebaliknya penceramah terkenal lagi banyak diminati umat seperti Ustad Abdul Somad, Ustad Adi Hidayat, Ustad Bachtiar Natsir dan sejenisnya dianggap memanaskan negeri ini khususnya penguasa.

Kebijakan Menag dengan daftarnya itu justru memanaskan sebagian ustad atau penceramah dalam Daftar 200 Penceramah. Mereka meminta namanya dicabut. Biarlah namanya tidak termasuk dalam Daftar Menag daripada menimbulkan konflik sesama ustad dan penceramah. Padahal persatuan dan kesatuan ustad dan penceramah apapun mashabnya sedang kuat2nya di negeri ini selepas Allah menyatukannya dalam kesadaran untuk membela agama Nya.

Kalau Menag membuat daftar maka sebenarnya dahulu pun ulama2 besar negeri ini seperti M. Natsir dan Buya Hamka sudah membuat daftar serupa. Hanya saja alasan dan dalil berbeda dan bahkan bertolak belakang. Kalau Daftar Menag bertujuan mendapatkan ridla penguasa dari Allah Maha Kuasa sebaliknya Daftar Natsir - Hamka bertujuan mendapatkan ridla Allah Maha Kuasa dari penguasa.

Dahulu Natsir dan Hamka adalah orang2 dekat dari Presiden Soekarno baik sebelum maupun sesudah kemerdekaan. Sama2 merasakan pahit getir berjihad melawan penjajah Belanda melalui medan jihadnya masing2. Punya tujuan sama mencapai kemerdekaan.

Selepas kemerdekaan dan kemudian Soekarno menjadi Presiden selama bertahun-tahun kedekatan Soekarno dengan Natsir dan Hamka mulai merenggang. Bahkan dari hari ke hari kerenggangan semakin melebar dan melebar hingga Soekarno menganggapnya keduanya adalah musuh2 politik. Padahal Natsir dan Hamka tetap menganggap Soekarno sebagai sahabat sebangsa dan setanah air yang keduanya merasa berkewajiban mengingatkan sahabatnya itu supaya berpegang teguh pada konstitusi UUD 1945.

Presiden meskipun menjabat penguasa tertinggi di wilayah hukum RI namun tetaplah konstitusi lebih tinggi kedudukannya dari Presiden. Presiden hanya menjalankan konstitusi. Apa yang diperintahkan konstitusi wajib dijalankan Presiden. Apa yang dilarang konstitusi wajib ditinggalkan Presiden.

Tak bosan2nya Natsir dan Hamka mengingatkan sahabatnya itu supaya tetap menjadikan negeri ini berdasarkan hukum dan bukan berdasarkan kekuasaan. Tercermin dari puisi2 yang dibuat keduanya selagi keduanya mendapatkan ancaman penangkapan, penahanan dan pembunuhan dari penguasa demokratis yang telah berubah menjadi penguasa diktator.

Hamka menuliskan puisinya buat Natsir yang diakhiri dengan meminta dirinya dimasukkan dalam Daftar Natsir. Pasalnya, Hamka terkagum-kagum dengan pidato Natsir dalam sidang konstituante untuk tetap menyatakan kebenaran meskipun harus bersilang sengketa dengan penguasa. Karenanya meminta dirinya masuk dalam Daftar Natsir yang di dalamnya terdapat orang2 yang juga berani menyatakan kebenaran meskipun pahit dan bisa masuk penjara bahkan kematian.

Meskipun bersilang keris di leher
Berkilat pedang di hadapan matamu
Namun yang benar kau sebut juga benar
Cita Muhammad biarlah lahir
Bongkar apinya sampai bertemu
Hidangkan di atas persada nusa
Jibril berdiri sebelah kananmu
Mikail berdiri sebelah kiri
Lindungan Ilahi memberimu tenaga
Suka dan duka kita hadapi
Suaramu wahai Natsir, suara kaummu
Kemana lagi, Natsir kemana kita lagi
Ini berjuta kawan sepaham
Hidup dan mati bersama-sama
Untuk menuntut Ridha Ilahi
Dan aku pun masukkan
Dalam daftarmu...!

Beberapa lama Natsir tak sempat membalas keinginan Hamka supaya dimasukkan ke dalam daftarnya. Natsir terpaksa harus keluar masuk hutan karena dianggap Presiden sebagai pemberontak. Yang diingatnya hanyalah dentuman bom dan tembakan2 senjata.

Pada saatna setelah dua tahun berlalu sejak Hamka meminta dimasukkan dalam Daftar Natsir barulah Natsir menjawabnya dengan puisi pula. Bertanya pake puisi maka jawabnya pun pake puisi. Bagaimanapun keduanya berasal dari daerah yang masyarakat memiliki seni budaya tinggi pada zamannya yaitu budaya Minangkabau.

Entahlah, tak kunjung namamu bertemu di dalam
"Daftar", 
Tiba-tiba, 
Di tengah-tengah gemuruh ancaman dan gertakan,
Rayuan umbuk dan umbak silih-berganti,
Melantang menyambar api kalimah hak dari mulutmu,
Yang biasa bersenandung itu,
Seakan tak terhiraukan olehmu bahaya mengancam.

Aku tersentak,
Darahku berdebar,
Air mataku menyenak,
Girang, diliputi syukur

Pancangkan!
Pancangkan olehmu, wahai Bilal!
Pancangkan pandji-pandji Kalimah Tauhid,
Wahai karihal kafirun..
Berjuta kawan sepaham bersiap masuk
Ke dalam "Daftarmu"...

Pada puncaknya Natsir dan Hamka masuk dalam Daftar Soekarno masuk dalam penjara sebagai musuh politik. Berlaku dalam politik di mana2 siapapun bisa menjadi musuh dan siapapun bisa menjadi kawan. Yang musuh bisa menjadi kawan. Yang kawan bisa menjadi musuh.

Hanya saja Natsir dan Hamka tetap menganggap Soekarno adalah kawan dan bukan musuh meskipun Soekarno menganggap keduanya musuh. Karenanya Natsir dan Hamka tetap berbaik sangka dengan Soekarno. Meski berbaik sangka keduanya dibatasi dan terbatas jangan sampai mengorbankan keyakinannya dan keimanannya sebagai seorang Muslim. Dalam hal ini, Muslim hanya tunduk dan patuh kepada Allah Maha Kuasa melebihi segala ketundukan dan kepatuhan kepada siapapun dan apapun yang ada di dunia.

Baik sangkanya Hamka kepada Soekarno dibuktikan dengan tetap menjadikan Soekarno sebagai kawan. Ketika Presiden Soeharto memberitahukan surat wasiat tulisan tangan dari Soekarno yang baru saja meninggal dunia maka Hamka langsung mengiyakannya tanpa ragu2. Dalam wasiatnya, Soekarno meminta Buya Hamka mengimami shalat jenasahnya bilamana dirinya meninggal dunia.

Tampaknya di tengah2 kesusahannya dalam penjara politik Presiden Soeharto timbul kesadaran dalam diri Soekarno mengenai kebenaran nasehat2 sahabat2nya yaitu Natsir dan Hamka. Berusaha menjalin kembali persahabatannya yang pernah terputus gara2 mengikuti dan menjadi budak dari syahwat politik. Sayangnya semuanya sudah terlambat.

Kini Natsir, Hamka dan Soekarno berada dalam Ruang Pengadilan Negeri Akhirat di hadapan Allah Maha Adil. Ketiganya tengah mempertanggungjawabkan perkataan dan perbuatan selama menjalani hidup dan kehidupan dunia yang begitu singkat.

Kiranya penguasa2 sesudahnya juga menyadari jangan sampai mengikuti dan menjadi budak syahwat politik. Jangan sampai terlambat. Tetap menerima dan mengikuti nasehat2 yang benar dan baik dari manapun datangnya terlebih dari mereka2 yang tetap berprasangka baik. Bagaimanapun juga apa yang dialami penguasa2 sebelumnya bisa juga terjadi pada penguasa2 sesudahnya siapapun orangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun