Mohon tunggu...
Ahonk bae
Ahonk bae Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis Untuk Perdaban

Membaca, Bertanya & Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

KARIM dan Milenial Labil

12 Maret 2019   12:41 Diperbarui: 12 Maret 2019   13:28 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sesungguhnya suara itu tak bisa diredam
mulut bisa dibungkam
Namun siapa mampu menghentikan nyanyian bimbang
dan pertanyaan-pertanyaan dari lidah jiwaku
Suara-suara itu tak bisa dipenjarakan
di sana bersemayam kemerdekaan
Apabila engkau memaksa diam
siapkan untukmu: pemberontakan!

(Widji Thukul; Sajak Suara)

Setelah bubar pasti ada yang tersisa, apapun itu. Baik perkumpulan kecil, organisasi bahkan selevel partai sekalipun, meskipun hanya sampah namun tetap, ada yang tersisa. Hingga kemudian apa yang dilakukan oleh teman-teman Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang mengusung khilafah islamiyah, tidak puas dengan putusan yang mereka terima. 

Selain kini mereka telah menyeruak menjadi organisasi yang mapan dan huga di dukung oleh elit politik, sudah barang tentu mereka dengan banyak cara reorganizing sebagai keberlajutan organisasi, selain representasi atas kekecewaan dari putusan tersebut, dengan alasan; Pertama, sebagai ormas berbadan hukum, HTI tidak melaksanakan peran positif untuk mengambil bagian dalam proses pembangunan guna mencapai tujuan nasional. Kedua, kegiatan yang dilaksanakan HTI terindikasi kuat telah bertentangan dengan tujuan, azas, dan ciri yang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara 1945 sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Ormas. Ketiga, aktivitas yang dilakukan HTI dinilai telah menimbulkan benturan di masyarakat yang dapat mengancam keamanan dan ketertiban masyarakat, serta membahayakan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

HTI yang secara organisasi sudah dibubarkan, namun bagaimana soal ideologi yang telah tertanam dalam pikiran setiap anggota dan simpatisan? Ini masih menjadi PR bagi kita semua yang tidak mau mengganti sistem demokrasi dengan yang lainnya. Dan pada hari ini HTI dengan gaya barunya telah muncul ke permukaan, mengganti nama dengan Komunitas Royatul Islam (KARIM). 

Gaya dan ideologi yang ditanamkan tidak jauh berbeda dari yang seblumnya, hanya pola yang yang berbeda; Satu, HTI memang dibubarkan, namun gerak ideologis mereka tak akan pernah mati, tetap waspada, kali ini marak KARIM, sebuah komunitas muda Islam, cindil HTI yang menyerang anak-anak SMU dan komunitas-komunitas pemuda. Dua, Gerakannya sama, dengan tak akan menyebut HTI, namun tujuannya tetap tegaknya khilafah HTI, ada yang menarik dari KARIM ini, politik simbol HTI sebagai sebuah identitas kolektif bersama, KARIM membawa itu. Tiga, KARIM membawa legitimasi bendera Tauhid, sebagai simbol tegaknya khilafah Islamiyah ala HTI, jika Gema Pembebasan bermain di ranah kampus, maka KARIM ini akan bermain di ranah SMU dan Komunitas, anak-anak muda yang haus akan keislaman, akan tertarik dengan euforia heroisme Islam. Empat, KARIM membuka cabang-cabang di kota besar, target anak smu dan komunitas, kegiatan mereka bukan hanya liqo dan kajian, tapi sudah tadabur alam, aksi-aksi sosial, mereka akan kejar apa kesukaan anak muda, ini patut kita waspadai bersama.

Mangapa instansi pendidikan, terutama sekolah menengah atas yang kemudian menjadi target? Hal ini menjadi menjadi lumrah ketika sebuah persoalan moralitas menjadi corong utama dalam sebuah gerakan religius, ditambah angka kenakalan remaja yang pada sat ini sudah menghawatirkan menjadi legitimasi pebenaran atas apa yang mereka lalukan terhadap anak-anak usia belasan itu. Jika dalam perspektif psiko-kebudayaan mainstream maka pada usia tersebut menjadi dewi fortuna dengan cara menanamkan apapun dalam alam pikirannya, sebab dalam masa transisi, pencarian jatidiri dan lain sebagainya. Siapa yang bisa menyangsikan bahwa kekacauan atas arus kebudayan baru kini di kendalikan oleh anak-anak dengan istilah milenial? Mereka secara wawasan lebih maju dan lebih cerdas dari generasi sebelumnya, namun pada beberapa titik di temukan kekurangan yang sifatnya krusial atau urgent. Dekadensi atau kemrosotan moral dan juga pudarnya keindonesiaan yang kerapkali menyeruak dalam ruang-ruang publik.

Pendekatan kultural ala milenial dirasa sangat jitu bagi KARIM, seperti yang telah di sebutkan di atas. Hingga mengapa komunitas pun ikut dalam arus ketidakstabilan tersebut? Komunitas yang dalam idealnya telah menjadi platform atas tujuan sosial kemasyarakatan ternyata bisa hanyut dalam gelombang nir-keindonesiaan. Dengan asumsi bahwa dalam komunitas kita ternyata masih rapuh dan mudah terbawa oleh arus hegemoni dari beberapa kroni HTI yang dalam menejennya telah tersitematis sedemikian rupa. Personel band besar, komunitas Pecinta Alam hingga komunitas Motor sekalipun dapat di masuki dengan mudah oleh mereka. 

Memang dalam Summa Theologia dikatakan bahwa "Menata segala sesuatu menjadi kebaikan umum menjadi tugas semua orang, atau seseorang yang mewakili semua orang," hingga dalam contoh kasus ini menjadi hal yang mewajibkan setiap manusia menata hingga melakukan reformasi total dalam sistem ketatanegaraannya. Beberapa pertanyaan yang dalam hal ini belumlah terjawab dalam soal khilafah ialah; siapa yang kelak akan memimpin setelah khilafah itu eksis? Hukum Tuhan yang mana yang hendak dipakai? Dan juga bagaimana bernegara dengan cara Ahistoris?

Mungkin dengan selama ini mereka belumlah jemu dengan mencibir kebudayaan Indonesia sebagai produk tak beragama, kafir dalam bahasa lainnya. Juga mereka belum lelah turun aksi dalam menyarankan kekhilafannya dan menganggap demokrasi adalah juga produk dari bangsa yang tidak beragama. Demokrasi kita belum selesai, kita sedang berproses.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun