Mohon tunggu...
Ahonk bae
Ahonk bae Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis Untuk Perdaban

Membaca, Bertanya & Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

KARIM dan Milenial Labil

12 Maret 2019   12:41 Diperbarui: 12 Maret 2019   13:28 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kembali bahwa KARIM yang dalam kurun waktu belakangan telah memasuki ruang pikiran anak muda, telah menjadi momok tersendiri bagi keberlangsungan generasi mendatang. Virus propaganda yang di tebar bukan hanya saja susah untuk di hapuskan, lebih dari itu, ia akan menjangkit ke generasi berikutnya. Secara literatur, kita lemah, kita lebih suka mendengarkan daripada membaca dan yang terjadi adalah mengamini segala apa yang dikatakan oleh pembicara itu. 

Klimaksnya, kita mudah terbawa oleh arus, terlebih pada saat ini adalah tahun politik yang segala sesuatunya mudah di silang-saling terkaitkan. Penyeragaman persepsi dan monokutur adalah ancaman terbesar saat ini hingga "Semakin lama kita bermain-main dengan takdir, semakin kecil kemungkinan untuk mengharapkan campur tangan Ilahi agar keajaiban terus terjadi" begitulah yang dikatakan Noam Chomsky.

Perang adalah antitesa dari management konflik yang aplikatifnya saat ini sedang di rasakan oleh negara bagian Timur Tengah dan kita mungkin adalah sasaran berikutnya untuk di porak-porandakan. Kemudian Penanaman benteng kebangsaan dan kebudayaan pada hari ini menjadi sesuatu yang urgent di tengah derasnya arus penyeragaman persepsi penculikan ingatan. Tidaklah bijak ketika saling menyalahkan siapa dan apa. Namun kembali menjadi Indonesia seutuhnya adalah modal utama dalam menampik arus dominan tersebut. 

Sekali lagi kita sedang berproses. Kita sebagai warga negara tidak hanya berkutat pada persoalan agama semata, lebih dari itu. kita juga banyak sekali mengalami distorsi di berbagai lini. Alam yang di hancurkan, eksploitasi kemanusiaan yang merajalela dan kebudayaan yang terdegradasi. Lantas bagaimana cara kita beragama dengan menafikan alam dan kemanusiaan?  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun