Oleh
Ahmad ZainudinÂ
Gender sudah jadi tata bahasa dunia makanya muncul hashtag #LetGirlsLearn. Ibu-ibu belajar bagaimana memajukan literasi di rumah dan mendorong anak perempuannya untuk pergi ke sekolah. -AZ-
Kita bukan lagi hidup di zaman dimana perempuan diharapkan untuk tetap dirumah dan mengerjakan pekerjaan rumah, sementara laki-laki diharuskan untuk bekerja. -LA-
Tidak perlu bicara soal emansipasi wanita, jika pihak sekolah masih belum bisa membedakan antara toilet laki-laki dan toilet perempuan. -SC-
Jika saya memiliki 10 pertanyaan dalam satu materi pembelajaran, saya akan membaginya 5 untuk laki-laki dan 5 untuk perempuan. Muridku semua tahu butuh waktu berpikir untuk menjawab semua pertanyaan tersebut. -TD-Â Â
Jika ada siswa baik laki-laki atau perempuan yang enggan berpartisipasi di kelas, maka saya mengajukan pertanyaan sederhana berdasarkan pendapat. Misal, "Ferdi apa pendapatmu tentang ini?" atau "Nami bisakah kamu memberikan contoh perbedaan antara....?". Lalu saya menggunakan pemikiran mereka dan menjadikan pendapat mereka sebagai referensi dengan mengatakan "Seperti yang dijelaskan oleh Ferdi" atau "Nami memberikan contoh yang menarik tadi". Pernyaataan seperti ini mempromosikan kesetaraan dan mendorong siswa dari kedua jenis gender." -SP-Â
Perempuan itu adalah pemberi hidup dia yang menghasilkan manusia. Perempuan harus cerdas karena perempuan pondasi dalam keluarga. Oleh karenanya, perempuan diharapkan dapat menghasilkan manusia unggul untuk investasi di masa depan. -DTP-
Cobalah untuk buat pengaturan tempat duduk kelas sehingga anak perempuan dan laki-laki bekerja sama. Lalu, lihatlah magic hasil pemikiran mereka. -MH-Â
Guru menghargai peserta didik tanpa memandang agama, budaya, sosial, dan jenis kelamin. -AG-