Mohon tunggu...
Ahmad Wazier
Ahmad Wazier Mohon Tunggu... Dosen -

Manusia awam yang \r\npenuh dengan keterbatasan dan kebodohan. \r\n\r\nSaat ini berstatus sebagai Dosen dan Mahasiswa Program Doktor (S3) di University of Tasmania-Australia.\r\n\r\nMantan pengurus DPD IMM DIY ini menyelesaikan Pendidikan Pasca Sarjana di Universitas Gadjah Mada.\r\nPengalaman organisasi: Sekretaris Pusat Pengembangan Bahasa (dua periode), Wakil sekretaris MTDK PWM DIY dan Sekjen KAMADA, Ketua Umum KORKOM IMM, Waka 1 IMM PSH,. Jabatan terakhir sebagai Kepala Pusat Pengembangan Bahasa (2 Periode).\r\n\r\nAktivis alumnus Pondok Pesantren Ar-Ruhamaa’ ini mempunyai minat bidang kebijakan politik Amerika Serikat, ideologi dan agama.\r\n\r\nAktif di beberapa perkumpulan dan juga latihan menjadi pembicara dalam diskusi, training, seminar atau konferensi. bisa di hub di: Twitter: @WazierW wazier1279@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belajar dari Tukang Becak

27 Mei 2012   11:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:43 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Belajar dari Tukang Becak

Oleh

Wajiran, S.S., M.A.

Pelajaran hari ini ku dapat dari seorang tukang becak. Sebelum mengisi sebuah acara mahasiswa di Gedung Pimpinan Pusat Muhammadiyah, ku sempatkan shalat dhuhur di sebuah masjid utara alun-alun Jogjakarta. Di tempat ini bertemu dengan seorang tukang becak, yang sudah bertahun-tahun bekerja sebagai tukang becak. Umurnya mendekati 60 tahun.

Berawal dari pembicaraan sederhana, tetapi banyak pelajaran yang ku dapat. Waktu ku Tanya, sudah berapa lama narik becak, ia pun bercerita panjang lebar pengalamannya. Ada begitu banyak hal yang ku perhatikan berbeda dari tukang becak lainnya. Pakainya sederhana tapi nampak rapi dan bersih, kata-katanya sopan dan sangat bijaksana. Lebih mengesankan lagi saat ia mengambil tas kain dari jog becaknya. Di dalam tas itu ku lihat ada sarung, peci hitam, baju koko, kaca mata tebal, dan buku. Sepengatahuan ku buku itu buku tentang ibadah, buku berwarna agak kehijauan yang juga ada di perpus pribadiku.

Dari obrolan singkat itu, dapat ku tangkap bahwa orangnya sangat optimis dan sangat konsisten dengan kehidupan. Terbukti ia sudah berada di masjid itu pukul 11:30 bahkan mungkin sebelumnya, karena ia sudah berada disana saat aku tiba di masjid itu. Tiga puluh menit sebelum waktu shalat dia sudah harus berada di masjid untuk shalat berjamaah. Dan waktu itu ia jadi imam di masjid yang megah itu.

Usai shalat aku masih penasaran dengan kisah hidupnya, karena masih ada waktu kusempatkan melanjutkan pembicaraan. Ia bercerita aktivitas ini sudah dilakukannya kurang lebih 20 tahun lalu, sesudah dirinya kena penyakit parah. Waktu itu ia sudah difonis oleh dokter tinggal menghitung hari, karena penyakit komplikasi yang di deritanya. Ia menceritakan pengalaman hidupnya yang kelam, sampai dia terkena penyakit itu. Ia dulu memiliki kebiasaan nongkrong di pinggir jalan hamper setiap malam, ngrobol tanpa arah dan tujuan, bahkan sering melakukan kegiatan yang mengganggu ketenangan orang lain (sabung ayam, remi dan catur), sampai pagi hari. Lebih parah lagi sesekali ia ikut menikmati minuman keras yang dibawa teman-teman, meskipun tidak sampai mabuk.

Saat kena penyakit itulah ia bertekad memperbaiki diri. Ia salalu berusaha shalat tepat waktu dan berjamaah. Ia berjuang keras ingin menghapus segala dosa yang pernah dilakukannya, sebelum ajal menjemputnya. Itu sebabnya ia menjadi tukang becak. Pekerjaan yang tidak mengikat dirinya. Ia berangkat jam 5 pagi dan pulang jam 5 sore. Pekerjaannya itu dilakukan setiap hari tanpa pernah mengeluh ataupun menggerutu.

Tetapi siapa sangka, kebiasaan hidup teratur dengan shalat wajib berjamaah dan pekerjaannya narik becak telah menjadikan dirinya sehat kembali. Bahkan fonis doktor yang katanya tinggal menghitung hari itu sampai saat ini tidak terbukti. Sudah lebih dari 10 tahun dia menjalani pekerjaanya, meskipun awalnya badan terasa sakit, tapi lama kelamaan sudah terbiasa. Ajaibnya, ketika di periksakan kondisi badannya malah sehat wal afiat.

Menyadari dirinya sudah sembuh dari sakit, ia berkomitmen untuk melakukan shalat tepat waktu, dan sebisa munkin berpuasa sunnah. Meskipun hal itu tidak mudah katanya.

Kondisi sakit yang pernah membuatnya hampir putus asa, kini mengembalikannya pada jalan yang benar. Kini ia mensyukuri semuanya dan mencoba nikmati sisa hidupnya. Aktivitasnya pun saat ini hanya berkeliling dari masjid ke masjid sambil membawa becaknya. Ia bekerja bukan semata-mata mencari uang, tetapi diniatkan sebagai refreshing dan olah raga.

Yogyakarta, 27 Mei 2012

(Tulisan ini disusun 10 menit sebelum jadi pembicara di LDO IMM di Gedung PP Muhammadiyah Yogyakarta)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun