Cara berpikir dan budayanya tentu memiliki tantangan tersendiri. Dibutuhkan figur dengan profil yang hidup di era yang sama, sehingga nantinya pemecahan dan pengelolaan permasalahan lebih selaras dan efektif.
Jika kita berangkat dari sebuah sejarah, kita mampu meliihat Bung Karno yang sudah memulai giat politiknya sejak 16 Tahun. Saat itu, Cokroaminoto yang menjabat sebagai ketua Serikat Islam. Sebagai organisasi yang berdiri di zaman kolonial, SI sering diundang menjadi narasumber di beberapa daerah di Indonesia khususnya Jawa.Â
Secara bersamaan pendiri sekaligus ketua SI Cokroamanito sibuk diundang menjadi pembicara di berbagai daerah, sehingga salah seorang muridnya yang loyal yang bernama Koesno Sosrodihardjo. Kusno meneruskan geliat dan belajar banyak lewat Cokroaminoto.
Seperti seorang pemimpin biasa Kusno yang menjadi presiden Indonesia pertama itu, tampil gagah dengan lantang di atas panggung. Kusno atau Bung Karno biasanya membacakan sambutan Cokroaminoto dan setelah itu giliran dirinya yang menjelaskan, tampillah Bung Karno kecil layaknya singa mimbar.
Cerita di atas menggambarkan bahwa usia bukanlah alasan seseorang untuk menjadi bagian dari politik. Ruang politik hari ini terbuka luas bagi siapa saja yang ingin unjuk gigi. Terbukti dalam kontestasi pemilu 2019 kemarin banyak anak muda yang bergabung dalam organisasi politik atau partai politik. Bukan main-main di dalam partai juga anak muda diberikan ruang untuk duduk pada jabatan strategis sehingga dengan ini anak muda leluasa bergerak.
Jika telah demikiannya banyaknya estafet kepemimpinan bergulir kepada kaum muda, mengapa bangsa kita Indonesia sepertinya enggan memberikan kesempatan? Begitu tidak profesional dan tidak pantaskah kaum muda dalam memajukan bangsa? Ataukah, generasi senior kita terlalu takut kehilangan pengaruhnya?
Mari Melihat Realitas
Terbukti dalam riset yang dilakukan oleh Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) merilis hasil kajian anatomi daftar caleg sementara (DCS) Pemilu Legislatif 2019. Hasilnya, terdapat 21 persen caleg DPR berusia milenial.
Mayoritas caleg berusia produktif, yaitu 36-59 tahun atau 68 persen, ditambah kelompok usia milenial berusia 21-35 tahun sebanyak 21 persen
Berdasarkan riset Formappi dari data DCS KPU, sebanyak 21 persen atau 930 caleg berusia 21-35 tahun, sebanyak 68 persen atau 3.013 caleg berusia 36-59 tahun. Sedangkan caleg berusia 60 tahun ke atas jumlahnya sedikit, yakni 11 persen atau 499 caleg.
Sementara itu, parpol yang paling banyak mengusung caleg milenial adalah PSI sebanyak 240 caleg, PPP sebanyak 142 caleg, dan Gerindra 98 caleg. Parpol yang paling banyak caleg berusia produktif adalah PKS 392 caleg, PAN 383 caleg, dan Golkar 367 caleg.