Fenomena ini, bagaimanapun juga, adalah bagian dari wajah birokrasi yang tidak sepenuhnya bisa kita kendalikan. Sebuah kenyataan yang bila kita tidak pandai menyikapi akan dapat menimbulkan rasa kecewa, iri, atau bahkan frustasi dan de-motivasi. Namun di sinilah sesungguhnya makna qurban menemukan aktualisasinya dalam kehidupan kita sebagai PNS.
Qurban mengajarkan keikhlasan: bahwa tidak semua yang kita inginkan harus menjadi kenyataan, dan tidak semua hasil usaha harus dihargai dengan jabatan atau penghargaan duniawi. Ada kalanya kita harus rela mengorbankan ambisi, menahan ego, dan menerima takdir dengan lapang dada. Kita belajar untuk menyadari bahwa ikhtiar terbaik sudah kita lakukan, dan hasil akhirnya adalah hak prerogatif Allah, melalui jalan dan mekanisme-Nya. Sebagaimana Allah SWT berfirman: "Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkannya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."(QS. Al-Ankabut: 62)
Ayat ini mengingatkan kita bahwa rezeki (termasuk jabatan dan kedudukan) adalah ketetapan Allah. Bukan semata hasil usaha atau kecerdasan, melainkan bagian dari hikmah Ilahi yang terkadang tidak kita pahami sepenuhnya. Menerima keadaan ini dengan ikhlas bukan berarti menyerah. Sebaliknya, ini adalah bentuk pengorbanan jiwa yang tinggi, sebuah qurban batiniah, di mana kita tetap bekerja dengan penuh dedikasi, tetap profesional, dan tetap menjaga niat suci kita: mengabdi kepada bangsa, negara, dan masyarakat, bukan kepada jabatan semata. Karena pada akhirnya, keikhlasan adalah derajat tertinggi dari pengabdian. Ia membebaskan kita dari beban ambisi duniawi, sekaligus menguatkan kita untuk terus melangkah dengan hati yang tenang, pikiran yang jernih, dan semangat pelayanan yang tulus. Betapa banyak mereka yang "bukan siapa-siapa" di kantor, tapi bersahaja dan aktif dalam kehidupan bermasyarakat di lingkungannya. Termasuk yang telah pensiun, mereka tetap sehat, bahkan didaulat sebagai pemimpin (informal), didengar pendapatnya, dilaksanakan nasehatnya.
Â
Qurban sebagai Transformasi Diri dalam Bekerja
Qurban sejatinya adalah panggilan untuk transformasi diri. Ia mengajarkan bahwa perubahan terbesar tidak terjadi di luar diri kita, tetapi dari hati yang tulus, niat yang bersih, dan pengorbanan tanpa pamrih. Ketika nilai-nilai qurban diinternalisasi dalam kehidupan sebagai PNS, ia menjadi kekuatan moral yang membentuk karakter luhur.
Pertama, qurban melatih kita untuk menjadikan pekerjaan sebagai bentuk ibadah. Setiap berkas atau dokumen yang diproses, setiap undangan yang dihadiri, setiap pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, bukan lagi sekadar kewajiban administratif, melainkan amal saleh yang bernilai di sisi Allah SWT.
Kedua, qurban menuntun kita untuk berani mengorbankan kenyamanan pribadi demi pelayanan publik yang lebih baik. Ini berarti siap bekerja lebih keras, disiplin, dan konsisten, bahkan saat situasi tidak ideal atau apresiasi tidak kunjung datang. Berangkat pagi buta mengarungi kemacetan kota besar, pulang dan tiba di rumah lepas Magrib atau Isya merupakan salah satu konsekuensi dan keikhlasan yang harus dilakukan.
Ketiga, qurban memperkuat etos kerja Islami: kejujuran, amanah, dan keadilan. Dalam dunia kerja yang penuh godaan kompromi dan penyimpangan, nilai qurban menjadi benteng moral yang menjaga integritas pribadi dan institusi.
Keempat, qurban mengasah keikhlasan. Bahwa kita bekerja bukan untuk sekadar mencari pujian atau penghargaan, tetapi karena tugas ini adalah bagian dari pengabdian kita kepada masyarakat, sebagai representasi dari semangat rahmatan lil 'alamin.
Qurban juga mengajarkan bahwa tidak semua pengorbanan harus kasat mata. Ada pengorbanan-pengorbanan sunyi yang hanya Allah yang tahu: tambahan jam kerja yang tidak dihitung lembur, sabar mendengar keluhan masyarakat, atau sabar melayani pihak-pihak yang minta didahulukan kepentingannya untuk segera diproses dan diputuskan. Inilah esensi dari berqurban. Melakukan sesuatu bukan untuk dilihat manusia, tetapi untuk mendekat kepada-Nya. Sebagaimana Allah SWT berfirman: "Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamu-lah yang dapat mencapainya." (QS. Al-Hajj: 37)
Penutup
Qurban mengajarkan kita bahwa esensi pengorbanan bukanlah terletak pada besarnya yang tampak di mata manusia, melainkan pada keikhlasan hati dalam memberikan yang terbaik. PNS tidak hanya dituntut untuk bekerja secara administratif, tetapi juga untuk menghidupkan nilai-nilai luhur dalam setiap tindakan kecil maupun besar.