Mohon tunggu...
Ahmad Sakti
Ahmad Sakti Mohon Tunggu... -

luwes aja

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Patah Hati Sang Juara

14 Maret 2011   09:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:48 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

SELAMAT TINGGGAL CINTA

Ku relakan melepasmu

Ku ikhlaskan hati meninggalkanku

Pergilah dengan semua cinta yang kau punya.

Biarkan aku
berjalan semampunya dengan mengumpulkan sisa-sisa patahannya.

Getirku sudah lenyap.

Sebab, kegetiran yang bertumpuk-tumpuk tak akan terasa lagi sebagai
kegetiran.

Ia hanya akan menjadi rasa yang biasa.

Ketika bayanghadir , maka itu tak lebih dari pelepas dari rasa haus

Oleh kerinduan yang tak pernah terobati

Cinta telah membuatku mengerti kasih sayang yang sesungguhnya

Dan sakit hati membuatku semakin paham akan makna cinta

Biarlah ku berjalan sendiri

Mengubur semua kenangan bersama

Karenanya semuanya hanya sebuah cinta

AIR MATA TERAKHIR

Jangan kau bilang aku tak sedih karena tak menangis

Inilah paripurna dari kesedihan seorang pujangga cinta

Tak ada tetesan air mata, apalagi ratapan kesedihan

Karena ungkapan kesedihan yang terdalam tak bisa lagi diwakili air mata

Maaf ..

Jika aku harus tertawa bahkan berteriak

Karena ekspresi kesedihan bisa berwarna

Maaf ..

Jika aku tak bisa lagi menitikkan air mata

Karena air mata terakhir sudah lama ku kucurkan

Jauh sebelum kau memutuskan kata perpisahan

Maaf …

Jika Tak adalagi puisi-puisi indah

Seperti malam-malam sebelumnya

Karena semuanya sudah menjadihampa

Dan

Air mata terakhirpun tak tersisa lagi

Untuk sebuah harap di hari esok

SEANDAINYAMASIH ADA KATA MAAF

Ku tau kau telah tersakiti

Luka dihatimu sudah terlalu dalam

Untuk disembuhkan hanya dengan kata maaf

Titik air mata bening telah menyadarkan

Betapa luka itu mengiris hati

Sehingga kata maaf tak lagi bermakna

Ku akui

Ini memang bukan yang pertama

Kesalahan demi kesalahan terus terjadi

Maaf demi maaf terus terobral

Dan

Pada akhirnya maaf itu sendiri

Sudah tak berharga

Apa lagi bernilai

Kusadari aku memang sudah tak pantas di maafkan

Namun ku harap

Kemulian sang hati

Untuk kembali memaafkanku

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun