Mohon tunggu...
Ahmad Sahidin
Ahmad Sahidin Mohon Tunggu... Freelancer - Alumni UIN SGD Bandung

Warga Kabupaten Bandung. Sehari-hari beraktivitas memenuhi kebutuhan harian keluarga. Bergerak dalam literasi online melalui book reading and review (YouTube Shalawat Channel). Mohon doa agar kami sehat lahir dan batin serta dimudahkan dalam urusan rezeki.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ini Buku yang Menambah Pengetahuan tentang Maulid Nabi

3 Januari 2019   20:15 Diperbarui: 4 Januari 2019   20:38 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Alhamdulillah saya selesai juga membaca buku yang berjudul "Maulid Nabi: Menggapai Keteladanan Rasulullah saw". Buku ini ditulis oleh Ahmad Muthohar dan diterbitkan LKIS tahun 2011 dengan tebal 120 halaman.

Buku ini saya dapatkan di pameran buku Bandung. Saya menyimpannya lama. Mungkin sekira enam bulan. Baru kemarin saya coba membaca dan isinya menarik. Setelah membaca buku ini, saya menyimpulkan perayaan Maulid Nabi merupakan hal yang penting. Dan diketahui di seluruh dunia, umat Islam merayakannya. Meski ada menolaknya untuk merayakan maulid. 

Alhamdulillah, pemerintah Indonesia merayakan maulid setiap tamggal 12 Rabiul Awwal. Kalau ada yang berani melarang maulid di istana, pasti pemerintah turun tangan. Mungkin orang-orang yang suka bilang menyimpang dan bid'ah akan berpikir ulang kalau melarang dan menghalangi perayaan Maulid Nabi di lingkungan pemerintah, terutama di istana presiden. 

Menariknya dalam acara ini ada ceramah dari kiai atau ulama. Jamaahnya terdiri dari menteri, pejabat pemerintah, dan duta besar negara tetangga. Sangat khidmat acaranya. Saya yang menyimak melalui televisi atau rekaman youtube dapat ilmu keislaman. Jadi, momentum maulid menjadi sarana dakwah agama Islam dalam konteks modern.

Memang ada segelintir orang yang menolak karena tidak dicontohkan Nabi. Kalau demikian maka bisa jadi seluruh kegiatan atau yang bernuansa agama yang tidak dicontohkan Nabi akan disebut sesat. Saya kira itu hal yang perlu ada pencerahan. Tentu dengan buku "Maulid Nabi" bisa terbantu untuk mendapatkan pencerahan.

Selain untuk mengenang jasa-jasa Nabi Muhammad Saw dalam menyebarkan ajaran agama, Maulid Nabi juga bertujuan untuk menanamkan bibit kecintaan kepada Sang Khatamun Nabiyyin itu, sehingga di kemudian hari muncul buah-buah untuk menjadikannya suri teladan (uswah hasanah).

Buku yang berjudul "Maulid Nabi" ini mengupas tradisi perayaan Maulid Nabi di dunia Islam umumnya dan di Indonesia khususnya. Didukung dengan penelitian yang cukup dalam, buku ini mengkaji asal-mula perayaan maulid, kapan mulai dicetuskan, dan bagaimana corak peringatan maulid dalam masing-masing tradisi.

Bahkan penulisnya memuat bab khusus berkaitan dengan Maulid Nabi dalam mazhab Syiah dan mazhab Sunni, termasuk sejarah lahirnya dan bentuk perayaan yang dilakukan dalam maulid. Tidak hanya itu, kitab maulid Barjanji dan Maulid Diba serta Burdah Bushiri yang selalu dibaca warga nahdliyyin (Nahdlatul Ulama) juga diulas dengan baik. Penulisnya juga memaparkan bahwa tradisi nahdliyyin dalam menjalankan keagamaan banyak dipengaruhi mazhab Syiah.

Saya kira Anda yang belum mengetahui seluk beluk Maulid Nabi bisa membaca buku ini. Setelah membaca buku ini, Anda akan sepakat bahwa buku yang ditulis Ahmad Muthohar ini sangat penting dan membuka wawasan keislaman, khususnya berkaitan dengan sejarah perayaan Maulid Nabi dan tradisi pembacaan madah-madah sanjungan terhadap pribadi Nabi Muhammad saw.

Setelah membaca buku ini, Anda akan mengetahui bahwa Maulid Nabi bukan hanya tradisi mazhab Syiah, tetapi tradisi kaum Muslimin di seluruh dunia. Baik Sunni atau organisasi Islam lainnya yang mencintai Rasulullah saw merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad saw.

Memang ada yang tidak, bahkan menolaknya. Namun, itu hanya segelintir orang yang kurang memahami konteks historis dan tidak memiliki emosionalitas dalam beragama. Kecintaan kepada Nabi harus diwujudkan, salah satunya dengan merayakan hari kelahiran Nabi. *** (Ahmad Sahidin)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun