Airnya terasa dingin dan udaranya pun sejuk. Banyak pohon-pohon. Banyak bambu dan balong (ikan mas dan mujair). Lokasi mata air itu bernama Cimanganten, masuk daerah Pasirwangi, Samarang, Garut.
Kemudian di kampung Babakan Caringin. Ada masjid cukup besar dan tampaknya tidak terawat. Suasana ruangan pun tidak menarik, tetapi luas.Â
Dalam masjid, ada Al-Qur'an yang sudah dalam kondisi tidak baik. Tampaknya sering dibaca sehingga lecek dan robek-robek. Yang menarik dari masjid kampung itu sebelum masuk ke ruang utama ada dua kolam. Keduanya digunakan untuk wudhu dan ada yang cuci baju. Airnya mengalir ke parit kecil.
Dan yang lainnya, kami temukan satu madrasah tingkat sekolah menengah pertama di bawah yayasan dan organisasi. Gedung-gedungnya besar dan kelas-kelas dengan kursi dan meja tertata rapi. Dipinggir madrasah tersebut ada kamar-kamar dengan gedung besar dua tingkat. Di depan masjid ada papan nama tertulis sumbangan dari Qatar.
Di sekitar madrasah terdapat kaum perempuan yang berpakaian hitam dan bercadar. Kaum lelakinya bercelana cingkrang. Itu yang tampak saat masuk  ke komplek madrasah. Kami sengaja masuk untuk berteduh dari sengatan matahari yang sedang panas-panasnya.
Ah, ternyata kampung berubah. Kini sudah tidak lagi khas tradisional karena masuk paham agama dari Timur Tengah bergaya Islamisme dan tampaknya akan semakin tergerus tradisi keislaman di kampung halaman yang bercorak Islam Nusantara. Dan kami hanya bisa geleng-geleng kepala. *** (Ahmad Sahidin)