Mohon tunggu...
Ahmad Rodhi
Ahmad Rodhi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Korupsi yang Dianggap Lumrah

3 Mei 2019   08:00 Diperbarui: 3 Mei 2019   08:31 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sering kita melihat di media, seorang pejabat negara yang diciduk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena tersangkut tindak pidana korupsi saat akan atau sudah diperiksa KPK, di hadapan para wartawan, si pejabat malah tersenyum dan melambaikan tangan, tak sedikitpun menampakan wajah bersalah atau menyesal.

Mengapa? Apa yang terjadi? Bukankah sejak dulu lembaga pendidikan kita mengajarkan pelajaran agama  dengan harapan akan terbentuk manusia Indonesia yang memiliki landasan moral sebagai bekal menjalani kehidupan selanjutnya.

Memang, moral pada hakekatnya merupakan tanggung jawab pribadi kepada Sang Pencipta. Namun ketika terjadi pelanggaran atas nama moral yang menimbulkan kerugian bagi orang lain, kita tidak bisa sekadar mengatakan, "Itu urusan dia kepada Tuhannya,"

Ada kata-kata bijak yang mengatakan ukuran paling tinggi tentang adab seseorang itu, ia wajib menaruh perasaan malu akan dirinya sendiri.
Memang sudah ada perombakan kurikulum yang saat sudah mengadopsi kurikulum 2013 (K-13) dengan pendidikan karakter sebagi porsi utama dalam pembelajaran. Peserta didik harus memiliki kecerdasan moral dan spiritual mumpuni untuk bisa dinyatakan berhasil. Dengan begitu diharapkan mampu melahirkan pemimpin-pemimpin yang punya integritas tinggi serta menjunjung nilai-nilai moral.

Namun peran ini tidak bisa sepenuhnya diambil oleh satuan pendidikan. Keluarga dan masyarakat punya porsi yang lebih besar.  Dalam keluarga dan masyarakatlah anak-anak punya waktu lebih banyak. Orangtua harus membudidayakan sikap jujur kepada anak-anak dengan memulainya dari rumah.

Sangat sering dijumpai orangtua yang menerapkan cara salah ketika melihat anak-anaknya menangis. Agar si anak berhenti dari tangis, orangtua sering berujar, "Oh iya ini memang jahat mejanya atau kursinya"sembari memukul-mukul meja atau kursi. Sang anak pun menjadi diam. Sadar atau tidak, sikap untuk menyalahkan pihak lain dan tidak mau mengoreksi diri sendiri mulai tertanam pada fase ini. Kebiasaan yang berulang-ulang ini akhirnya membekas dan dianggap sebagai hal yang lumrah ketika anak beranjak dewasa.

Masyarakat pun punya andil karena dalam tatanan kehidupan sehari-hari berbagai hal buruk sering disuguhkan, seperti menyerobot antrean atau tidak tertib lalu lintas. Perilaku buruk ini bahkan sudah mendarah daging. Ini semua harus dihilangkan.

Budaya korupsi adalah dosa yang terjadi akibat perangai buruk kita semua di berbagai aspek kehidupan. Untuk memerangi dan mengalahkan korupsi semua unsur penting bangsa ini, seperti peserta didik, keluarga, masyarakat, satuan pendidikan dan pemerintah harus terlibat dan berperan.
Berikut beberapa contoh korupsi yang sering tidak kita sadari dalam kehidupan sehari-hari, Korupsi Waktu

Dalam dunia pemerintahan, 'korupsi waktu' diartikan sebagai penyalahgunaan waktu dinas untuk kepentingan pribadi. Dalam keseharian pun, tak jarang kita melakukan korupsi waktu. Hobi telat saat kuliah adalah salah satu contohnya.  Jika dilihat alasannya, mungkin kamu telat karena ketiduran. Sebenarnya, penting mana antara kuliah sama tidurmu? Waktu kuliah kamu pakai untuk tidur, giliran waktu tidur, malah di pakai untuk 

keluyuran.
Korupsi Ide
Pernah dengar tukang contek, penjiplak, atau istilah plagiarisme? Ini adalah julukan untuk mereka yang sudah mencuri ide orang lain, dan mengakui ide tersebut sebagai ide mereka. Kamu pasti sering menjumpainya dalam kehidupan sehari-hari. Semoga aja kamu tidak termasuk dalam koruptor jenis ini.
Korupsi Kerja
Kategori korupsi yang seperti ini pasti sering kamu alami. Pernah nggak, ada temanmu yang ngaku hasil kerjamu sebagai  hasil kerja bersama? Kamu sudah berusaha sendiri buatin bahan presentase, tetapi karena alasan teman baik, kamu diharuskan untuk memasukkan nama temanmu dalam daftar kelompok. Besoknya, saat presentase di depan dosen,  ia pura-pura ngebahas seolah-olah ada ikut kerja tugas bareng. Wah, kalau bertemu orang yang seperti  ini, jangan  sekali-kali mau di korupsi tenaga dan waktumu olehnya.
Korupsi Tempat

Sering kan, kamu melihat ada orang yang suka merebut tempat duduk orang lain di bus, angkot, dan sebagainya? Ini merupakan jenis korupsi yang disebut korupsi tempat. Contoh lainnya, kamu sedang antri di sebuah tempat perbelanjaan, tetapi  ada orang  yang malas  antre sehingga menerobos masuk mengambil tempatmu. Pasti kamu akan merasa sikap orang tersebut tidak pantas, bukan?  Tentu saja, karena hal tersebut merupakan tindakan penyelewengan yang merugikan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun