Mohon tunggu...
Ahmad Rodhi
Ahmad Rodhi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Trip

Pariwisata Indonesia di Abad 21

6 Maret 2019   11:33 Diperbarui: 6 Maret 2019   11:41 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Keadaaan negara yang tenang merupakan salah satu syarat perkembangan pariwisata. Dalam kondisi yang tidak aman dan nyaman tentu saja wisatawan tidak akan datang. Hal ini sejalan dengan kondisi wisatawan mancanegara. Keamanan suatu daerah atau negara merupakan dan stabilnya kondisi politik akan mendukung kedatangan dan kehadiran wisatawan.

Masa kepeminpinan orde baru dengan keadaan politik realif stabil sampai dengan tahun 1998, jumlah kunjungan wisatawan juga stabil tanpa adanya penurunan. 

Akan tetapi pada saat politik yang tidak stabil pada masa terjadinya kerusuhan masal tahun 1998, banyak wisatawan yang membatalkan kunjungannya ke Indonesia sehingga terjadi penurunan jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia sehingga terjadi penurunan jumlah wisatawan.

Saat keadaan politik suatu negara aman dan tentram maka permintaan daya tarik wisata disuatu daerah akan meningkat seperti kunjungan turis domestik dan mancanegara yang setiap tahun bertambah ke Bali. Namun pada saat kondisi

Industri pariwisata semakin menjadi idola di Indonesia. Hal ini terlihat dari performanya yang semakin meningkat setiap tahun. Grafiknya sangat kontras bila dibandingkan komoditas lain, seperti minyak, gas, batu bara, dan kelapa sawit yang terus merosot.

Selain itu, pariwisata juga dianggap punya keunggulan karena mayoritas kegiatannya berada di sektor jasa. Pariwisata juga merupakan komoditas yang paling berkelanjutan dan menyentuh hingga ke level paling bawah masyarakat.

"Sektor pariwisata Indonesia yang sangat menjanjikan. Sektor ini menjadi core business Indonesia. Pariwisata menjadi penyumbang PDB, devisa, serta lapangan kerja paling besar dan mudah dan cepat," ujar Ketua Umum Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Haryadi Sukamdani, Sabtu (22/9/2018).

Pada 2016, devisa pariwisata mencapai 13,5 miliar dollar AS per tahun. Padahal, pada 2015 pariwisata masih ada di peringkat keempat sebagai sektor penyumbang devisa terbesar.

Pada 2017, sumbangan devisa dari sektor pariwisata melesat menjadi sekitar 16,8 miliar dollar AS. Angka ini diprediksi akan meningkat 20 persen menjadi sekitar 20 miliar dollar AS pada 2018.

"Sektor pariwisata Indonesia sendiri diproyeksikan mampu menyumbang produk domestik bruto sebesar 15 persen di tahun 2019. Yang artinya menghasilkan sekitar Rp 280 triliun bagi devisa negara. Serta dapat menyerap 13 juta tenaga kerja pada 2019. Lebih jauh, sektor pariwisata diyakini mampu menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang lebih tersebar di seluruh negeri ini," ucap Haryadi. Melesatnya sektor pariwisata tidak terlepas dari peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kunjungan wisman ke Indonesia terus naik.

Pada 2017, wisman yang berkunjung sebanyak 14,04 juta orang. Angka ini naik 21,88 persen dari 2016 yang berada dikisaran 11,52 juta wisman. "Ini juga berkat kerja keras semua pihak yang mampu mendongkrak indeks daya saing Pariwisata Indonesia. Dari peringkat 70 dunia di tahun 2013, meroket ke posisi 42 besar di 2017," kata Haryadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun