Mohon tunggu...
Ahmad Rizal
Ahmad Rizal Mohon Tunggu... Freelancer - Apa yang kamu terka

Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung program studi S1 Jurusan Ilmu Alquran dan Tafsir

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat Praktis Ala Kaum Stoa di Masa Pandemi

29 Agustus 2020   19:39 Diperbarui: 30 Agustus 2020   18:47 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Seringkali kita mengeluh dengan keadaan yang membuat kita tertekan. Imbasnya, Pikiran terganggu dan emosi pun menjadi tidak stabil. Akibatnya, kita menjadi cemas dan khawatir parahnya hingga depresi. Tentu itu menggangu ketenangan kita dalam mengerjakan apapun.

Hal tersebut sering dirasakan oleh berbagai kalangan dari profesi manapun. Khususnya mahasiswa dengan tugasnya yang menguras pikiran dan tenaga. Sehingga, produktivitas rutinitas dalam akademik menjadi menurun. Malahan, budaya "prokrat" menunda menjadi pelarian terbaik. Biasanya, yang dipilih sebagai destinasi untuk pelarian adalah social media -- WA, Instagram, Twitter dll. Akan tetapi, bukannya mengendalikan emosi menjadi lebih baik -- tenang - malah menambah beban negatif semakin menjadi-jadi.

Bahkan, saya pun sempat merasakan beban tersebut sebagai Mahasiswa UIN. Cemas, khawatir sampai pusing memikirkan nilai tugas untuk lulus. Ditambah masa pandemi saat ini membawa efek negatif seperti ekonomi yang ketar ketir, membuat kita terkurung dalam rumah sehingga tidak bisa beraktivitas seperti biasa. Terlebih lagi, di social media pun terkadang tidak membuat kita tenang karena keributannya -- entah itu politik, ekonomi, agama dan sosial. Nah, disaat kondisi tersebut respon yang kita lakukan akan berakibat pada emosi kita (amarah, kecewa, sedih dan iri hati).

Filsafat Stoicism merupakan hal yang tepat dan relevan untuk melatih dan mengontrol diri kita agar lebih baik. Menampis stigma filsafat yang susah, ribet, dan tidak mudah dipahami justru aliran ini dapat dengan mudah untuk dipahami dan dipraktekkan dalam keseharian.

Lalu, mungkin masih ada yang beranggapan filsafat itu kan sesat. Lha, justru kita manusia adalah makhluk yang berfilsafat. Mengapa demikian? Karena kita menggunakan rasio - otak sebagai alat untuk berpikir. Sehingga, pada dasarnya kita semua secara tidak langsung -- tidak disadari berfilsafat dalam keseharian.

Kan kita punya agama? Justru dengan beragama sekaligus berfilsafat kita dapat memantapkan keyakinan dalam beragama. Jadi, terlebih dahulu kita jangan berasumsi buruk pada filsafat. Toh, tulis Buya Hamka dalam bukunya Lembaga Budi, "Segala pekerjaan manusia itu timbul dari pertimbangan akal pikirannya". Contoh, Manusia tidak punya insang ataupun sayap akan tetapi dengan pemberian sang maha Pencipta maka dengan bantuan akal manusia bisa mengatasinya dengan kapal dan  pesawat.

Nah, apa si filsafat stoicisme itu?

Stoicisme atau juga bisa disebut Stoa (bahasa Yunani) adalah nama sebuah aliran atau madzhab filsafat Yunani kuno yang sudah ada ribuan tahun lamanya. Aliran ini pertama kali diajar oleh Zeno setelah ia belajar filsafat kepada Crates, seorang filsuf aliran Cynic serta kemudian belajar kepada filsuf lainnya. Lalu, setelahnya Zeno mengajar filsafatnya sendiri di teras berpilar (Stoa) yang terletak di sisi utara dari Agoa -- tempat berkumpul di kota Athena.

Singkatnya, Stoicisme ini populer selama kurang lebih lima abad (3 SM -- 3 M) serta sudah mempengaruhi pemikiran dalam dunia akademis dan ajaran kehidupan. Karena, hal inilah aliran ini telah berhasil dan berpengaruh dalam relevansinya membantu menjalani hidup agar bermanfaat dan mudah dijalani (tanpa emosi negatif). Artinya, Filsafat Stoicism ini merupakan aliran yang mengajarkan the way of life -- kebajikan.

Karena, jalan hidup maka siapapun dari zaman kapanpun bisa membaca untuk kemudian berkaca - intropeksi diri. Ada kisah menarik tentang James Stockdale, seorang pilot pesawat tempur Angkatan Laut Amerika Serikat. Sebelum perang Vietnam, ia masuk ke kampus lagi di Stanford University untuk belajar. Lalu, ada dosen filsafatnya yang menganjurkan dirinya agar mempelajari pemikiran Epiktetos (salah satu filsuf Stoa). Setelah mempelajarinya James Stockdale terkesan dengan pemikiran Epiktetos terutama hal-hal pokok yang ia ingat terus dari filsafat Stoa seperti:

  • Pembedaan antara yang tergantung pada kita dan yang tidak tergantung pada kita
  • Soal baik atau buruk itu tergantung cara jiwa kita menafsirkannya
  • Segala situasi hidup yang menimpa kita bersifat indifferent (netral) tergantung dari interpretasi

Saat perang Vietnam pecah, pesawatnya tertembak jatuh, ia pun menjadi tahanan pasukan Vietnam selama tujuh tahun. Selama itu ditahan ia disiksa, dipukuli serta setiap hari mengalami penistaan lahir dan batin di sel tahanan bawah tanah. Tentu hal tersebut berpengaruh pada tekanan psikologisnya. Namun, berkat Epiktetos ia mampu menahan kewarasannya selama itu! Dan kisahnya pun menjadi inspirasi banyak orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun