Mohon tunggu...
Ahmad Rivan Riyadi
Ahmad Rivan Riyadi Mohon Tunggu... Programmer - Mahasiswa - Universitas Mercubuana

Ahmad Rivan Riyadi - 415200010007 - Ilmu Komputer/Teknik Informatika - Universitas Mercubuana - Prof Dr Apollo, M.Si.Ak,CA,CIBV,CIBV, CIBG;

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memahami Etika Jawa Kuna Sedulur Papat Lima Pancer

6 Mei 2023   08:19 Diperbarui: 6 Mei 2023   08:39 1077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nama : Ahmad Rivan Riyadi - NIM : 415200010007 - Fakultas : Ilmu Komputer/Tekinik Informatika - Universitas Mercubuana - Dosen : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak,CA,CIBV,CIBG

Etika Jawa Kuna

Beraba-abad lamanya kebudayaan Hindu-Budha yang berasal dari india itu mempengharuhi tanah jawa. Salah satu kebudayaannya yang disebarkan adalah melalui sarana bahasa yaitu bahasa Sansekerta. Bahasa Sansekerta ini mempengharuhi terhadap perkembangan sastra Jawa Kuna. Pada masa Jawa Kuna, pendirian bangunan suci Siwa/Hindu-Buddha dimaksudkan untuk tempat melakukan pemujaan kepada para dewa. Arsitektur candi yang indah biasanya dihiasi dengan relief yang berisi pesan moral-edukatif. Relief dapat dimaknai sebagai salah satu media informasi/publikasi yang ditunjukan kepada masyarakat luas baik dewasa maupun anak-anak. 

Dalam kajian filologis, Jawa Kuna Sebelum Hindu-Budha masuk dengan seperangkat otoritasnya, yang mengabdikan diri pada kehidupan sesuai ajaran tersebut, seperti misalnya pandita, brahmana, rsi, muni, dan biksu, telah ada pejabat otoritas sejenis asli Jawa Kuna. Pejabat otoritas tersebut disebut dengan wiku. Menurut Zoetmulder, wiku adalah kata asli Jawa Kuna yang merujuk pada arti orang berstatus religius. Keberadaan wiku tersebut, menunjukkan jika ada seperangkat nilai atau ajaran asli Jawa Kuna, yang membuat para wiku tersebut mengabdikan diri untuknya.

Secara umum, kemajuan Jawa Kuna dibanding negara lain di dunia pada masanya adalah karena berkembangnya rasionalisme yang mengakar kuat dalam budaya masa lampau. Tidak  Berlenihan jika Jawa Kuna memiliki teknologi kapal layar terbaik pada masanya. Kapal layar besar yang mampu membuat barang banyak serta mampu mangarungi samudera, merupakan hasil karya teknologi tercanggih yang dimiliki sebuah bangsa dan terknologi tersebut dicatat masih dimiliki era Demak.

Pengetahuan mengenai masa Jawa Kuna dapat diketahui berdasarkan peninggalan prasasti yang di tulis di atas batu lempengan logam (tembaga, perunggu, atau emas) maupun kitab-kitab kesusastraan yang menggunakan bahasa Jawa Kuna. 

Kata-kata krama diambil dari Bahasa Jawa Kuna

  • Ngoko -> Krama -> Indonesia
  • Kuping -> Talingan -> Telinga
  • Endhog -> Tigan -> Telur
  • Cangkem -> Tutuk - > Mulut
  • Katon -> Katingal -> Kelihatan
  • Omah -> Dalem -> Rumah

Masyarakat Jawa Kuna

Menurut Antropologi, masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti yang seluas-luasnya dan terikat oleh sesuatu kebudayaan yang mereka anggap sama. Maka yang dimaksud dengan masyarakat Jawa Kuna adalah masyarakat yang terikat oleh kebudayaan yang sama, yaitu kebudayaan Jawa Kuna. Menurut Koentjarningrat, Suatu suku bangsa selalu memliki ciri khas yang lain berupa bahasa yang digunakan serta kebudayaannya yang khas baik dalam bentuk budaya material, aktivitas, maupun gagasan.

Ciri khas yang paling mudah untuk melihat kebudayaannya salah satu suku bangsa adalah dengan mengetahui bahasa yang digunakan. Berdasarkan persebaran bahasa itu pula akan dapat diketahui daerah kebudayaannya. Berdasarkan penemuan prasasti-prasasti yang berbahasa Jawa Kuna, dapat diketahui bahwa bahasa itu tersebar di daerah Jawa bagian tengah hingga Jawa bagian Timur. Dengan demikian maka dapat diketahui bahwa masyarakat Jawa Kuna adalah masyarakat yang menggunakan bahasa Jawa Kuna sebagai alat komunikasinya, yang tersebar di Jawa bagian tengah maupun Jawa bagian Timur.

Berdasarkan pengertian diatas, Kamus Antropologi menunjukkan bahwa masyarakat Jawa Kuna adalah masyarakat tradisional. Yaitu masyarakat yang lebih banyak dikuasai oleh adat istiadat yang lama. Selain itu, berdasarkan informasi-informasi pada prasasti, masyarakat Jawa Kunajuga dapat dikelompokkan sebagai masyarakat pedesaan.

Sadulur Papat Lima Pancer

Memahami mental {Gesit} Jawa tidak bisa satu kata, konsep, kalimat dimaknai secara tunggal, tetai bersifat Dasanama berasal dari kata dosa yang berarti sepuluh dan nama yang berarti sebutan atau nama kata dan lain-lain bersifat banyak arti makna, dan bersifat metafora.

Menurut kepercayaan masyarakat Jawa, Kakang kawah keluar dari rahim ibu sebelum si bayi, berwarna putih, tempatnya di kanan dilambangkabn sebagai malaikat Jibril yang bertugas membawa wahyu dan pembawa ilmu pengetahuan. Pendamping kedua berada di pusar dan getih  adalah darah yang keluar dari rahim ibu disaat melahirkan. Darah merupakan transportasi sari-sari makanan ke seluruh tubuh sehingga sel-sel dapat hidup. Warna 

Nilai Filosofis perjalanan empat tahap menuju manusia sempurna oleh sang bima (Werkudara). Kisah tokoh Werkudara dalam menuju manusia sempurna pada cerita Dewaruci dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu : syariat, tarekat, hakikat, dan makrif (Jawa disebut: laku raga, laku budi, laku manah, dan laku rasa. Menurut ajaran Mangkunegara IV seperti disebutkan dalam Wedhatama, empat tahap ini disebut dengan : sembah raga, sembah cipta, sembah jiwa, dan sembah rasa.

Sadulur papat lima Pancer adalah falsafah Jawa Kuna yang memiliki makna spiritual teramat dalam. Kelima elemen dasar dalam falsafah tersebut berbicara tentang kelahiran seseorang manusia(jabang bayi) yang tidak lepas dari empat duplikasi penyertanya

Sadulur Papat Lima Pancer Metafora jiwa : Materi, Jiwa, dan Simbol 

  • Watman : yaitu  rasa cemas / khawatir dari seorang ibu ketika hendak melahirkan anaknya. Ibu harus berjuang antara hidup dan mati dalam proses kelahiran. Watman adalah saudara tertua yang menyiratkan betapa utamanya sikap menaruh hormat dan sujud pada orang tua khususnya ibu. Kasih sayang, perhatian, dan doa ibu adalah kekuatan yang akan mengiringi perjalanan hidup sang anak.
  • Wahman : yaitu kawah atau air ketuban. Fungsi air ketuban adalah menjaga agar janin dalam kandungan tetap aman dari goncangan. Ketika proses kelahiran terjadi, air ketuban pecah dan musnah menyatu dengan alam, namun secara matafisik ia tetap ada sebagai saudara penjaga dan pelindung.
  • Rahman : yaitu darah persalinan. Darah adalah gambaran kehidupan, nyawa, dan semangat. Darah persalinan pada akhirnya musnah dan menyatu dengan alam, namun secara metafisik ia tetap ada sebagai saudara yang memberi semangat dalam perjuangan mengarungi kehidupan. Darah juga gambaran kesehatan jasmani dalam hidup seseorang.
  • Ariman : yaitu ari=ari atau plasenta. Fungsi ari-ari adalah sebagai saluran makanan bagi janin dalam kandungan. Ariman adalah saudara tak kasat mata yang menolong seseorang untuk dapat mencari nafkah dan memelihara kehidupannya.

Dalam persepsi moralitas dan spiritualitas, orang yang memiliki kesadaran sedulur papat kalima pancer dapat dimaknai sebagai orang yang memiliki etika tinggi. Etika ini mencakup seluruh aspek kehidupan manusia dalam berbagai hubungan dan perannya dalam masyarakat.

Sadulur Papat Lima Pancer Metafora Jiwa : Penyatuan Dunia, Jiwa, dan simbol

Sadulur 4 ka-5 Pancer merupakan dasar yang kemudian dapat dikembangkan dalam berbagai pakem-pakem Jawa. Misalnya pakem tentang hari-hari Jawa, yaitu : pasaran Legi (Timur) menjadi warna putih, Pahing (selatan) menjadi warna merah, Pon (Barat) menjadi warna kuning, Wage (Utara) menjadi warna hitam, dan Kliwon (Tengah/Pusat).

Sadulur Papat Lima Pancer Metafora Dimensi Ruang dan Waktu

  • Utara (Wage) yaitu, Tanah
  • Barat (Pon) yaitu, Air
  • Timur (Legi) yaitu, Udara
  • Selatan (Pahing) yaitu, GENI_API

Sadulur Papat Lima Pancer Metafora : Tubuh, Jiwa, dan Simbol

  • Mata (Utara), warna hitam, sukmanya langgeng, dihuni oleh Batara Sriten, atau teks Sunda Wiwitan Sang Hyang Tunggal_Mandala Agung
  • Telinga (Barat), warna kuning, dihuni batara Sambu atau teks Sunda Wiwitan Sang Hyang Wenang_Brahma
  • Lobang Hidung (Timur), menjadi warna putih, sukma purba, dihuni oleh Batara Bayu, atau teks Sunda Wiwitan Sang Hyang Wening_Wisnu
  • Bibir dan Mulut (Selatan), sukma wasesa, berwarna merah suka rebut berantam dan konflik di huni oleh Batara Brahma atau teks Sunda Wiwitan Sang Hyang Guring Tunggal_Sang Hyang Guru Siwa

lobang-hidung-timur-6455a02ba7e0fa0ccb1d3642.png
lobang-hidung-timur-6455a02ba7e0fa0ccb1d3642.png

"Sajen Sadulur Papat" adalah pergeseran tindakan batiniah menjadi lahiriah. Ia adalah perubahan non materi, menjadi materi, untuk mencapai Geist mental Jawa Kun, "Sajen Sadulur Papat" adalah repetisi atau mimesis peniruan karya mikrokosmos pada mikro kosmos untuk akhirnya bisa menemukan Tuhan Maha Esa.

Sajen Sedulur Papat adalah bentuk lain maha karya seni agung, ingin menyatakan ada sesuatau yang (fixed), misalkan manusia tidak mungkin membikin pada, membuat nasi, dan seterusnya. "Sajen Sedulur papat" adalah ungkapan Nirkata, Meniru dengan meminjam "tata" (menata karya seni) atau karya sastra non kata dalam bentuk proses atau jika dikaji secara ilmiah dia adalah bentuk aplikasi Aristotle's Four Causes (dari bentuk material, Formal cause , efficient cause, dan final cause).

Sadulur Papat Lima Pancer 6 (enam) adalah bunyi atau suara pada musik "Nang Ning Nung Neng Gong" sebagai paripurna oleh rasa (rahsa/roso) dalam setiap ritual kehidupan manusia Jawa Kuna : Utara (Nung) yaitu kebesaran hati dan jiwa, Barat (Ning) yaitu jernih di hati dan pikiran, Selatan (Neng) yaitu daya cipta, Timur (Nang) yaitu Kemenangan lahir batin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun