Mohon tunggu...
ahmad ridwan
ahmad ridwan Mohon Tunggu... Mahasiswa UIN jakarta

Nama saya Ahmad Ridwan, mahasiswa UIN jakarta prodi jurnalistik Hobi saya bermain badminton, basket, fotografi, videografi, blog ini merupakan wadah pengumpulan tugas atau tanggapan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kampus Turun gunung: bukan lagi "Menara Gading"

11 Oktober 2025   14:00 Diperbarui: 11 Oktober 2025   11:41 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sudah saatnya kampus membuktikan bahwa mereka bukan lagi menara gading yang anteng melihat negara kisruh. Ketika UGM, IPB, atau UIN angkat bicara, itu ibaratnya "nurani intelektual" bangsa ini sedang menyala. Mereka menunjukkan bahwa ruang ilmu pengetahuan tidak boleh steril dari persoalan moral dan keadilan. Ini penegasan ulang fungsi kampus yang sejati: bukan cuma tempat kuliah dan riset, tapi juga benteng etika publik.

Peralihan dari sekadar aksi mahasiswa ke pernyataan resmi institusi ini adalah langkah cerdas dan adaptasi zaman. Dulu, mahasiswa cukup turun ke jalan. Sekarang, suara itu gampang sekali dicap "liar," "anarkis," atau "ditunggangi." Nah, pernyataan resmi dari Rektorat atau Senat Guru Besar itu berfungsi sebagai "perisai akademis." Dia bilang, "Hei, apa yang disuarakan mahasiswa ini punya dasar ilmiah, etis, dan rasional, bukan cuma emosi jalanan." Ini membuat kritik jadi lebih berbobot dan sulit didiamkan oleh kekuasaan.

Di media sosial yang penuh framing dan polarisasi, pernyataan kampus punya nilai jual yang tinggi. Jika media fokus pada kericuhan, suara kampus bisa menggeser fokus publik kembali ke akar permasalahannya, yaitu isu-isu substansial. Mereka menggunakan otoritas moral mereka untuk memperkuat argumen mahasiswa. Ibaratnya, kampus sedang "mengajak" publik untuk berdiskusi menggunakan akal sehat dan ilmu, bukan hanya emosi.

Intinya, ini adalah upaya akademik untuk merebut kembali diskursus publik dari dominasi pemerintah atau oligarki. Kampus mengingatkan bahwa ada alternatif wacana yang lebih jernih dan berlandaskan ilmu. Ini sinyal kuat bahwa institusi pendidikan menolak diintervensi dan memilih berdiri tegak sebagai aktor independen yang berani mengkritik.    

Jadi, meskipun pernyataan sikap ini bukan solusi instan, kehadiran suara jernih dari ruang ilmu ini sangat penting. Itu adalah pengingat kolektif bagi kita semua bahwa demokrasi butuh pengawasan dan kritik yang berlandaskan rasionalitas.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun