Mohon tunggu...
Ahmad Ricky Perdana
Ahmad Ricky Perdana Mohon Tunggu... Wiraswasta - gemar travelling, fotografi dan menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seringkali mengabadikan segala hal dalam bentuk foto dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tahun Politik, Hoaks dan Persatuan Indonesia

14 Mei 2023   11:13 Diperbarui: 14 Mei 2023   11:25 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Satu - kompas.com

Sebentar lagi, Indonesia akan kembali menggelar pemilihan umum pada 2024 mendatang. Ini artinya, sebentar lagi Indonesia akan memasuki tahun politik. Di tahun ini, para elit politik mulai melakukan koalisi untuk memenangkan kursi kekuasaan. Para elit politik juga akan sibuk mencari dukungan publik, agar terpilih sebagai wakil rakyat, menteri atau calon presiden atau wakil presiden. Semuanya itu terjadi di tahun politik.

Tentu kita semua berharap di tahun politik ini, dapat terlewati denga naman, sesuai dengan harapan kita semua. Dapat melahirkan pemimpin yang memahami kebutuhan masyarakat dan negaranya. Dapat melahirkan wakil rakyat yang mampu mengerti dan memahami rakyatnya. Karena itulah, untuk bisa mendapatkan semua itu, kita harus menjadi pemilih yang kritis. Dan untuk menjadi pemilih yang kritis, tentu diperlukan obyektifitas dan informasi dan data yang benar.

Di tahun politik ini, tak jarang begitu masif muncul hoaks dan provokasi kebencian, yang sengaja dimunculkan oleh oknum tertentu. Tujuannya adalah untuk mempengaruhi masyarakat, agar memilih pasangan calon yang diinginkan. Jika belajar dari pemilu sebelumnya, oknum yang memproduksi hoaks dan kebencian ini begitu masif terjadi. Bahkan tanpa disadari, masyarakat juga turut saling memproduksi hoaks itu sendiri. Tak heran jika ketika itu banyak orang yang ditetapkan sebagai tersangka, atas dugaan pencemaran nama baik.

Kenapa hal itu terjadi? Karena hoaks dan narasi konspirasi tersebut telah menyulut amarah dan menumpulkan logika yang telah ada. Jika berkaca dari tahun sebelumnya, seringkali antar sesama teman, saudara, tetangga bisa saling bermusuhan hanya karena perbedaan pilihan politik. Bahkan, tidak jarang melakukan melakukan provokasi untuk melakukan tindak diskriminasi. Karena itulah, tempat ibadah sempat disalahgunakan untuk menyebarkan kebencian terhadap paslon tertentu.

Belajar dari tahun sebelumnya, menjadi tugas kita bersama untuk membendung hoaks dan segala bentuk narasi konspirasi dan provokasi. Lalu, bagaimana untuk mengatasi hal tersebut? Diperlukan solusi kreatif yang harus dijalankan oleh semua pihak. Salah satunya adalah eduksi tentang keterampilan kritis dalam memilah informasi. Belajar kritis, lalu cek ricek dengan sumber yang valid. Jika semuanya melakukan hal ini, niscaya akan terhindar dari provoksi pemecah belah persatuan dan kesatuan.

Sekali lagi, pastikan informasi tersebut berasal dari sumber yang valid dan terpercaya. Dengan melakukan hal ini, maka kita mengetahui mana informasi bohong, mana informasi yang bersifat konspirasi dan provokasi, mana informasi yang memberikan dampak positif bagi publik. Setelah bisa memastikan sumbernya, kita juga bisa memastikan dengan bertanya pada individu-individu yang memang memahami di bidang tersebut.

Selain itu adalah perlu adanya penegakan hukum yang tegas, bagai para oknum yang terbukti melakukan konspirasi dan berita bohong. Saat ini negeri ini punya instrumen hukum, untuk memberikan sanksi bagi oknum masyarakat penyebar hoaks dan kebencian. Dan yang terakhir, perlu adanya upaya identifikasi, pengawasan dan pengendalian konten-konten provokatif. Hal ini harus dilakukan bersama-bersama oleh semua pihak, agar negeri kita terhindar dari hoaks dan konspirasi politik, serta dijauhkan dari perpecahan dan kekerasan. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun