Mohon tunggu...
Ahmad Ricky Perdana
Ahmad Ricky Perdana Mohon Tunggu... Wiraswasta - gemar travelling, fotografi dan menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seringkali mengabadikan segala hal dalam bentuk foto dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sadarlah, Bom Bunuh Diri Bukanlah Jihad

4 April 2021   00:49 Diperbarui: 4 April 2021   00:53 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Satu - kompas.com

Entah apa yang salah dalam pikiran sebagian orang, yang memilih mengakhiri hidupnya dengan bom bunuh diri. Ironisnya, perilaku yang bertentangan dengan ajaran agama dan nilai-nilai kemanusiaan itu, justru dianggap sebagai bagian dari jihad. Tentu saja, anggapan ini jelas salah dan tak perlu didengarkan atau diikuti. Ditinjau dari sudut manapun, meledakkan diri dengan bom di tubuh jelas tidak dibenarkan. Nyawa merupakan anugerah dari Tuhan yang harus dijaga. Dan dampak dari peledakan bom, tidak hanya bisa menghilangkan nyawa pelaku, tapi juga nyawa orang lain.

Ada anggapan bahwa jika mati karena jihad akan masuk surga. Pandangan ini benar. Dalam berbagai literatur juga dijelaskan tentang hal ini. Namun, jihad harus dilakukan dengan cara-cara yang santun, cara yang sesuai dengan ajaran agama dan tidak melanggar hukum. Disinilah pentingnya literasi. Ya, literasi keagamaan penting agar kita tidak mudah percaya, dengan orang-orang yang 'mencatut' ayat suci untuk meyakinkan orang lain.

Jika melihat apa yang terjadi kebelakang, banyak generasi muda yang terpapar radikalisme melalui dunia maya. ZA misalnya. Perempuan 26 tahun yang berani masuk ke Mabes Polri untuk menyerang petugas dengan pistol airgun, merupakan simpatisan ISIS yang tidak tergabung dalam jaringan apapun. Karakternya yang pendiam, cenederung eksklusif, membuat dia dengan mudah terpapar radikalisme melalui dunia maya. Berdasarkan keterangan aparat kepolisian, dalam akun sosial medianya, ZA sempat mengunggah bendara ISIS.

Mari kita gunakan logika. Membunuh orang lain jelas salah. Begitu juga melakukan bunuh diri, juga salah. Kenapa salah? Karena mengakhiri nyawa sebelum saatnya, tidak dibenarkan. Jika bunuh diri itu bagian dari jihad, dimana letak kebenarannya? Jika bom bunh diri itu mati syahid, dimana logikanya? Mari kita renungkan bersama. Janganlah melihat suatu persoalan hanya dari satu sudut pandang saja. Lihatlah dari sudut pandang yang lain.

Dalam mempelajari agama, juga demikian. Belajarlah pada banyak guru, agar sudut pandang kita bisa semakin kaya. Jangan hanya memahami ayat suci secara tekstual, tapi juga lihatlah secara konteks nya. Apakah benar jihad harus dilakukan dengan cara menumpahkan darah? Dalam konteks di era Rasulullah, ketika itu kondisinya sedang dalam peperangan. Yaitu perang melawan kelompok kafir. Dan jihad dalam konteks ketika itu adalah memerangi kaum kafir. Begitu juga jihad dalam konteks kemerdekaan. Ketika itu konteksnya adalah mengusir penjajahan. Kenapa penjajahan perlu di usir? Karena manusia dilahirkan secara merdeka, dan kemerdekaan harus direbut kembali. Itulah kenapa muncul resolusi jihad. Dalam konteks sekarang ini, apakah relevan jihad dilakukan dengan cara perang, dengan cara menumpahkan darah, atau menghilangkan nyawa?

Mari kita lihat lebih dalam lagi. Dalam surat Al-Maidah ayat 32 dijelaskan, "Barang Siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya". Disini jelas sekali bahwa membunuh adalah perbuatan yang dilarang. Lalu, apakah perbuatan yang dilarang itu masih dianggap bagian dari jihad? Apakah mati karena perbuatan yang dilarang tersebut akan mati syahid? Hanya Tuhan yang bisa menjawabnya. Bukan tugas kita sebagai manusia untuk menjawab atau menentukan seseorang syahid atau tidak. Sebagai generasi yang cerdas, dan sebagai umat muslim yang smart, kita harus bisa memahami hal ini agar tidak mudah terprovokasi oleh informasi yang menyesatkan terkait jihd. Salam literasi.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun