Selain menurunkan para Raja di kotawaringin Sultan Mustainbillah melalui anaknya Putri Hayu kemudian menurunkan Raja-Raja di Kesultanan Sumbawa.
Sultan Mustainbillah yang bergelar Panembahan Marhum dalam kitab religi Kaharingan “Panaturan” memiliki posisi penting dimana ketika telah wafat rohnya dipercaya menjadi bagian dari para “Sangiang” atau dewa dengan julukan Raja Helu Maruhum Usang yang merupakan Sangiang dari orang-orang Dayak Ngaju. Karena itu dalam sistem kepercayaan orang Ngaju, ia dapat diproyeksikan sebagai penghuni alam atas (dunia Sangiang) untuk menjadi salah satu Pantheon mereka.
Pemerintahanya kemudian dilanjutkan oleh putranya Sultan Inayatullah yang juga memiliki permaisuri seorang perempuan Dayak. Genap dilanjutkan oleh keturunanya wilayah kekuasaan Kerajaan Banjar akhirnya menjadi sebuah empirium yang meliputi 3/4 pulau Kalimantan dari Sambas, Lawei, Sukadana, Kotawaringin, Kuala Pambuang, Sampit, Mendawai, Kahayan Hilir dan Hulu, Kutai, Pasir, Pulau Laut, Satui, Asam-asam, Kintap dan Sawarangan sebagai "vazal" dari kerajaan Banjar, hal ini terjadi pada tahun 1636.