Mohon tunggu...
Ahmad Ali Rendra
Ahmad Ali Rendra Mohon Tunggu... Lainnya - Kartawedhana

Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kab. Hulu Sungai Selatan - Kalimantan Selatan Pemerhati Budaya dan Sejarah Pemandu (khusus) Museum Rakyat Kab.Hulu Sungai Selatan Pembina komunitas Dapur Budaya HSS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kalimantan Selatan, Urang Banjar terhadap suara "Representatif" pulau Kalimantan

3 Februari 2022   12:30 Diperbarui: 7 Februari 2022   10:16 1327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orang-Boekit uit de Afdeeling Amoentai en Dajaksche vrouw uit Longwai by Carl Bock

Selaras dengan prosa rakyat Dayak Meratus menceritakan bahwa nenek moyang orang Banjar bernama Bambang Basiwara adalah adik dari nenek moyang orang Dayak Meratus yang bernama Sandayuhan (Ayuh) yang disini artinya orang Melayu Banjar berasal dari satu asal yang sama dengan orang Dayak.


Kita coba sedikit bedah akar atau asal muasal 3 etnis mayoritas masyarakat Banjar kontemporer ini. Pertama masyarakat Banjar Batang Banyu yang berakar dari masyarakat Maanyan yang tersebar mendiami sekitar hulu Sungai Bahan atau Sungai Nagara di wilayah Hulu Sungai dan hulu Barito yang kemudian mendapat sentuhan difusi kebudayaan Jawa dan Melayu. Kemudian yang kedua adalah Masyarakat Banjar Pahuluan yang berakar dari suku Bukit atau Dayak Meratus di Hulu Sungai yang mengalami persilangan dengan masyarakat Melayu. Lalu yang ketiga adalah masyarakat Banjar Kuala yang mayoritas berakar dari masyarakat Ngaju dan Bakumpai yang mendiami sekitar muara sungai Bahan dan Barito dimana kemudian mengalami asimilasi kebudayaan dengan orang pendatang dari Melayu, Jawa, China yang mendiami wilayah  bandar-bandar besar disekitar muara Sungai Bahan dan Barito.


Bahkan untuk ini penulis bisa menyatakan “tuduhan” yang sangat dangkal dan tidak memiliki dasar sejarah yang kuat ketika menyebut orang Banjar adalah musuh dari orang-orang Dayak. Padahal dimana kita ketahui dimasa lalu tidak sedikit para  Sultan Banjar yang lahir dari rahim perempuan-perempuan Dayak. Bahkan dalam “Perang Banjar” prajurit dan kesatria Dayak – Banjar saling bahu membahu memerangi kekuatan kolonialis Belanda. Saat periode terkhir perang Banjar dimana orang Bakumpai, Tewoyan, Siang-Murung serta sebagian besar klan-klan Dayak yang berada dikawasan Hulu Barito yang dipimpin oleh Tumenggung Surapati berjuang sampai titik darah yang penghabisan disamping saudaranya orang-orang Banjar.

Salah satu Raja terbesar dan paling berpengaruh di Kesultanan Banjar adalah Sultan Mustainbillah yaitu anak dari Sultan Hidayatullah I dengan permaisurinya dari seorang Dayak Ngaju. Pada era pemerintahan Sultan Mustainbillah ia juga di dukung penuh oleh etnis Dayak Ngaju . Mustainbillah juga mempunyai istri bernama Diang Lawai yang berasal dari Klan Dayak Ngaju (Biaju).

Dalam "Perang Banjar" Sultan Muhammad Seman (Raja Banjar terakhir yang disebut juga Raja Barito) adalah putra Pangeran Antasari yang berasal dari rahim istrinya seorang perempuan Dayak dari klan Siang-Murung.

Dimana kita ketahui bersama diantara seluruh Kerajaan-kerajaan bercorak Melayu yang ada di pulau Kalimantan ini, maka bisa kita lihat para”pemimpin” (Patih,Tumenggung dan elite lainnya) serta Sultan dari Banjar lah yang cenderung masih kental berdarah orang-orang Dayak. Bahkan tidak berlebihan jika penulis katakan Kerajaan Banjar (beserta pendahulunya) adalah “Modern State” pertama orang-orang Dayak yang didirikan diatas “pondasi” masyarakat Kalimantan bagian tengah dan selatan yang majemuk.


SUARA BANJAR TERHADAP KALIMANTAN DAN NASIONAL


Sebelum kita membahas lebih lanjut, terlebih dulu ada yang perlu kita ketahui. Pada masa lalu Kerajaan Banjar (bahkan pendahulunya seperti Kerajaan Dipa dan Daha) selama berabad-abad membentuk sebuah empirium besar yang kemudian menyatukan hampir seluruh wilayah tanah Kalimantan dimana 3/4 wilayah Kalimantan beserta seluruh Kerajaan-kerajaan yang ada didalamnya berada dalam naungan Panji Kerajaan Banjar. Itulah sebabnya Bahasa Banjar menjadi bahasa pemersatu di Kalimantan dan setidaknya ada dua daerah yang hingga saat ini menjadikan Bahasa Banjar sebagai Lingua Franca mereka yakni di daerah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.


Orang-orang Kalimantan Selatan hampir tidak pernah sunyi “perannya” terhadap bangsa ini dan juga sebagai suara yang terdengar dari lebatnya hutan-hutan pulau Kalimantan. Sepak terjang orang-orang Kalimantan Selatan sampai detik ini masih dapat kita telusuri jejak-jejak historisnya yang tentu telah menjadi bagian dari sejarah besar yang ditulis dengan tinta emas perjalanan panjang bangsa ini.


Pada era perintis kemerdekaan, organisasi-organisasi pergerakan kemerdekaan telah tumbuh subur di Kalimantan Selatan, atmosfir yang demikian menjadikan masyarakat di Kalimantan Selatan kala itu mayoritas berhaluan Republiken. Bahkan dalam salah satu pertemuan paling bersejarah  bangsa ini yaitu saat digelarnya pertemuan/rapat oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dimana salah seorang anggota yang hadir mewakili Kalimantan satu-satunya saat itu adalah putra Banjar bernama A.A Hamidan yang berasal dari daerah Rantau (Tapin-kalsel) terdaftar di nomer 18 sebagai anggota PPKI. Bahkan ada data yang menyebutkan ia jua sempat menghadiri upacara deklare pembacaan teks proklamasi 17 Agustus 1945 di Pegangsaan Timur no 56 Jakarta.


Tanggal 24 Agustus 1945 A A.Hamidan dan A A.Rivai akhirnya tiba ditanah kelahiranya serta tanah leluhurnya di Kalimantan dan menyampaikan berita Kemerdekaan Republik Indonesia yang kemudian disiarkan di radio Borneo Shimbun di kota Banjarmasin dan Kandangan. Saat itulah sebagian masyarakat Kalimantan mengetahui kabar kemerdekaan, susunan pemerintahan dan kabinet serta mengetahui tentang pengangkatan Ir. Pangeran Muhammad Noor seorang tokoh berdarah bangsawan Banjar menjadi Gubernur “Kalimantan” (untuk seluruh Kalimantan) yang pertama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun