Mohon tunggu...
Ahmad Ramdani Official
Ahmad Ramdani Official Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

"Jadikan buah pikiranmu, adalah karya terhebatmu untuk Dunia!!"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perspektif Remaja, dan Pola Hidupnya

25 Mei 2023   22:31 Diperbarui: 25 Mei 2023   22:35 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: kibrispdr.com 

Generasi lemah adalah generasi "Buih." Dan, bukti dari kelemahan tersebut bisa kita lihat dari hedonisme para remaja; adanya tawuran, sifat bersenang-senang (dugem, mabuk, narkotika). Perbuatan itu sendiri merupakan awal mula suatu kerusakan yang selanjutnya akan menghampiri.

Para remaja memang tidak secara kebanyakan melakukan hal-hal keji tersebut. Namun, pola pikir mereka kadang kala juga sangat begitu dangkal. Kenapa? Karena banyak dari mereka yang ternyata kian melupakan masa lalunya.

Bukankah dulu ketika duduk di bangku Sekolah Dasar pada masa kecilnya, guru menanyakan kepada mereka akan cita-cita hidupnya kedepan?

Ukurlah hingga usia remaja bahkan dewasa dari mereka saat ini. Sudahkah kebanyakan cita-cita mereka tercapai? Kalau belum, seharusnya ini menjadi suatu bahan evaluasi bersama, baik itu dari Orang-Tua maupun sang Anak atau Remaja itu sendiri.

Justru yang terjadi adalah kebalikannya atau lebih tepat kami katakan bertentangan. Yang dijadikan objek juangnya ternyata bukanlah lagi cita-cita individunya dulu, melainkan memperjuangkan untuk memiliki antar sesamanya. Ini bisa dilihat dengan seksama dalam segi dunia asmaranya.

Para sahabat, selaku Orang-Tua kita memang pernah berada di tahap itu dulu. Oleh sebab itu, bila sampai saat ini paradigma kehidupan yang demikian masih saja terjadi dan diwariskan oleh para remaja, lantas benar saja kan istilah yang kami sebutkan diatas? Yaitu pola pikir yang dangkal.

Mengapa dangkal? Karena tidak ada sebuah perubahan. Hidup Manusia secara fitrawi melalui akalnya, sesungguhnya berfungsi menciptakan kemajuan dan perubahan. Tetapi kita, malah membiarkan kedangkalan atau dinamika kesamaan "stuck" itu terjadi.

Yang para remaja perjuangkan lantas bukan lagi cita-cita atau merubah kondisi keterkungkungan hidup. Melainkan, memperjuangkan cinta sesamanya. Kalau laki-laki berarti berjuang mendapatkan cinta si perempuan, kalau perempuan ya sebaliknya. Memperjuangkan cinta si lelaki.

Dan dalam tahap perjuangan mendapatkan cinta inilah, para remaja betul-betul sudah siap secara jiwa dan raga maupun ekonomi, untuk mem-plening optimismenya mendapat cinta terhadap objek yang diperjuangkan.

Apa salahnya terkait pola kehidupan dalam ruang lingkup asmara para Remaja terhadap hal yang demikian? Ya, tentu saja tidak ada. Oleh karena tidak ada, maka selaku Orang-Tua, Kita harus bisa merubah sedikit saja saja pola pikir tersebut; dari berjuang untuk cinta, menjadi berjuang untuk kemaslahatan hidup bersama.

Kita tahu, bahwa rupa-rupanya, tidak semua diantara kehidupan para remaja yang berperilaku demikian. Survei membuktikan, ternyata ada banyak sekali Remaja yang cerdas pola pikirnya, ber-prestasi, dan tidak sedikit juga diantara mereka, justru banyak yang menekuni bidang skill-nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun