Mohon tunggu...
Ahmad Qoyyim Musaddad
Ahmad Qoyyim Musaddad Mohon Tunggu... Mahasiswa - Calm

PBS UIN Maulana Malik Ibrahim

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pengalaman bersama Umat Agama Buddha

25 Maret 2022   07:36 Diperbarui: 25 Maret 2022   07:41 1190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah mengunjungi Klenteng di minggu lalu, kami merencana untuk mengunjungi sebuah tempat peribadatan lagi. Sehingga pada beberapa hari yang lalubeami mengunjungi sebuah asrama pelatihan meditasi agama Buddha. Lokasinya berada di Kota Batu dekat dengan sebuah warung makan yang bernama "Warung Wareg".

Pada saat itu awalnya kami berencana untuk mengunjungi sebuah pura yang ada di sekitar kampus tetapi tempat tersebut masih tertutup sehingga kami memutuskan untuk pindah ke sebuah vihara bernama Vihara Dhrama Mitra Arama, tetapi lagi-lagi kami tidak bisa bertemu dengan pemuka agama disana karena kami tidak miliki janji dengan beliau. Kami melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya karena kurangnya koordinasi dengan teman-teman saya.

Kami pun akhirnya mencari tempat lain dan teman saya memberitahu bahwa ada sebuah vihara di kota Batu yang katanya jika ingin kesana tidak wajib membuat janji terlebih dahulu. Kami pun langsung bergegas pergi kesana agar bisa melakukan wawancara dengan segera.

Kami tiba disana sekitar jam sembilan pagi. Saat kami menemui satpam yang ada disana, ternyata orang-orang yang ada disana masih belum bisa ditemui karena mereka masih beristirahat dan baru bisa dikunjungi pada jam dua belas siang. Kami pun bingung karena melihat waktu saat itu masih pukul sembilan pagi. Akhirnya kami pun memutuskan untuk pergi mencari sarapan dan kafe untuk bersantai dahulu sembari menunggu dan juga mempersiapkan pertanyaan yang akan kami tanyakan nanti.

Menjelang jam dua belas kami pun berangkat kembali ke vihara tersebut. Saat kami masuk suasana lingkungan Buddha benar-benar sangat terasa. Di tempat tersebut kami melihat banyak sekali tempat-tempat, patung Buddha yang selama ini belum pernah saya lihat secara langsung. Patung-patung tersebut sangat indah dan besar. Beberapa kali saya merasa ada di Bali ketika memasuki kawasan vihara tersebut.

Tidak lama setelah kami melihat-lihat tempat tersebut, kami melihat orang-orang yang memakai jubah coklat mulai berlalu lalang. Kami cukup lama melihat ke arah mereka. Dan ya.. kami pun juga melihat hal yang sudah tidak asing lagi atau dengan kata lain sudah kami duga yaitu mereka semua berkepala gundul. Melihat mereka saya seperti melihat para pendekar kungfu china yang ada di film-film. Pada saat itu, saya juga melihat orang-orang yang memakai jubah yang berbeda warna, yaitu berwarna putih. Awalnya saya mengira mereka itu orang-orang yang masih junior. Tetapi saya juga berpikir mungkin mereka adalah umat Buddha wanita. Dan uniknya mereka semua memiliki kepala yang gundul.

Ketika kami sibuk terpana melihat mereka, mungkin mereka merasa bahwa kami daritadi memperhatikan mereka dan ingin bertemu dengan pemuka agamanya, sehingga ada dua orang yang akhirnya menghampiri kami dan bertanya ada perihal apa kami di sini. Kami pun mengutarakan maksud dan tujuan kami datang ke vihara tersebut. Orang-orang yang menemui kami ini sangatlah ramah, dan kami sangat senang berinteraksi dengan mereka, tetapi sayangnya saya belum sempat menanyakan namanya. Mereka juga menjelaskan dengan singkat mengenai vihara tersebut dan kami pun mendapati bahwa tempat tersebut merupakan sebuah asrama untuk mahasiswa yang beragama Buddha. Vihara tersebut merupakan tempat pelatihan mereka untuk melakukan meditasi. Jika dibandingkan dengan mahad yang ada di UIN  Malang sebenarnya sama saja, vihara tersebut nerupakan asrama tempat mereka tinggal dan juga kuliah. Tapi yang berbeda dari mereka adalah jam kuliah mereka adalah di sore hari karea pada pagi hari mereka melakukan bersih-bersih lingkungan vihara.

Tidak lama kemudian, kami pun diantar ke tempat dimana pimpinan vihara tersebut berada, kami pun masuk dan memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud kedatangan kami. Beliau bernama Bhikku Khantidharo. Bhikku adalah sebutan bagi orang Buddha yang menjadi pemuka agama di vihara tersebut. kami pun mulai bertanya tentang asal usul berdirinya vihara tersebut dan lainnya.

Beliau mengatakan bahwa vihara tersebut suuddah berdiri selama lima puluh tahun, dan beliau menjadi bhikku dan menetap di sana pada tahun 1992. Bhikku Khantidaro sudah berumur 91 tahun, hampir menyentuh angka satu abad, tetapi tampang beliau terlihat lebih muda dari usianya.

Beliau juga menjelaskan hal-hal dasar mengenai agama Buddha. Jadi di agama Buddha  itu terdapat empat kali perayaan, dan yang besar ada dua. Yang pertama adalah hari Waisak. Waisak adalah perayaan  hari kelahiran Sang Buddha, pencapaian pencerahan tertinggi, dan juga kematian Sang Buddha. Tiga peristiwa tersebut terjadi dalam satu hari yaitu hari Waisak. Bentuk perayaan Waisak meliputi ceramah yang dihadiri umat Buddha dari luar dan juga ada pesta. Selain Waisak, ada juga bulan Kathina, yaitu bulan dana. Seorang Bhikku merupakan orang yang tidak mengutamakan hal duniawi dan memilih untuk melayanai dan membina umat Buddha yang sedang belajar.  Bhikku juga merupakan orang yang tidak menikah dan hidup sederhana dengan sumbangan dana dari umat dalam bentuk material.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun