Mohon tunggu...
Ahmad Noven Friyandi
Ahmad Noven Friyandi Mohon Tunggu... Seniman - mahasiswa

- Akidah dan Filsafat. Univ. Al-Azhar Kairo - Penikmat musik

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Belajar Toleransi dari Rhoma Irama dan God Bless

14 November 2019   13:26 Diperbarui: 15 November 2019   11:42 1052
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penampilan Rhoma Irama dengan Ahmad Albar dalam satu panggung. 31 Desember 1977 (republika.co.id)

Bisa dibilang God Bless merupakan sebuah ancaman bagi Rhoma Irama dan Soneta di era itu lantaran masuknya musik rock dan menarik perhatian masyarakat Indonesia. Musik rock adalah virus yang sedang melanda dunia dan Indonesia pada saat itu.

Akan tetapi Rhoma Irama tidak gentar dengan ancaman itu. Kepedulian Rhoma Irama dalam mempertahankan musik dangdut membuat dia berpikir untuk melakukan revolusi pada musiknya.

Ia memasukkan unsur-unsur rock dalam lagu-lagunya, namun tetap mempertahankan unsur-unsur dangdutnya. Tak hanya musiknya, akan tetapi juga dengan kostumnya dan Soneta yang mulai bergaya ala Jimmi Hendrix.

Hasil revolusi Rhoma Irama pada musiknya ini bisa didengar melalui karyanya yang berjudul Adu Domba, 1001 Macam, dan Judi. Sedangkan musiknya sebelum melakukan revolusi bisa didengar melalui karyanya yang berjudul Ani dan Buta.

Dengan begitu, Rhoma Irama masih tetap eksis dengan kehadiran musik rock yang melanda Indonesia. Bahkan Rhoma Irama dapat bersaing dengan God Bless.

Ini semua mengajarkan kita sebagai musisi untuk terus melihat perkembangan zaman dan medan, agar dapat menghasilkan ide yang dapat mempertahankan eksistensi kita.

Baik Rhoma Irama maupun God Bless, saya sama-sama kagum dengan keduanya. Lagu-lagu mereka tidak hanya mewakili perasaan, akan tetapi mereka juga menyampaikan nilai-nilai melalui lagu-lagunya: Nilai-nilai kepedulian sosial, agama, dan nilai-nilai kehidupan bermasyarakat. Keduanya pun sama-sama menekankan pentingnya toleransi dalam bermusik.

"Yang penting itu saling menghargai" begitu nasihat Ahmad Albar sebagai vokalis God Bless kepada juniornya Tantri Syalindri selaku vokalis band Kotak di salah satu performa mereka di SCTV.

Rhoma Irama sendiri memilih untuk bersaing secara sehat, yaitu degan adu Ide dan karya. Seruan Rhoma Irama akan pentingnya toleransi dalam bermusik disalurkan melalui karyanya yang berjudul Musik, Karyanya yang paling saya sukai.

Demi mempersatukan para pecinta dangdut dan rock, untuk pertama kalinya Pada 31 Desember 1977 di Istora Senayan, Jakarta, Rhoma Irama dan God Bless bersepakat untuk konser di satu panggung.

Memang konser itu tidak berjalan dengan mulus. Di saat God Bless menampilkan lagu-lagu Carry On, Silver, She Passed Away, The Road, dan Neraka Jahannam, para penonton dari belakang bersorak "Turun ! Turun !" Rhoma Irama tampak kurang mampu mendampingi Albar menyanyikan lagu Neraka Jahannam , tapi Albar tampak mampu mendampingi Rhoma Irama menyanyikan lagu Begadang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun