Mohon tunggu...
Ahmad Muttaqillah
Ahmad Muttaqillah Mohon Tunggu... Dosen - Berjuanglah menuju persatuan dan kesatuan

Praktisi Pendidikan MP UIN Jakarta Dosen Luar Biasa UMJ/UIN Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Bahasa Arab dan Terorisme

13 September 2021   16:45 Diperbarui: 13 September 2021   17:59 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Akhir-akhir ini ada saja orang yang mengaitkan terorisme dengan bahasa Arab. Bahasa Arab yang digpelajari di sekolah-sekolah dikaitkan dengan Taliban karena Taliban dicap teroris oleh Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya. Salah seorang pengamat intelijen dan pengamat militer, Susaningtyas Nefo Kertopati mengaitkannya bahasa Arab dengan Taliban dan teroris.

Dapat kita analisis dari kalimat ungakapannya, dikutip dari (@geloanews, 2021), "Bagaimana saya tak khawatir, anak muda kita sudah tak mau lagi hormat pada bendera RI, tak mau menyanyikan lagu Indonesia Raya. Lalu diperbanyak bahasa Arab."

Sebelumnya juga ia menyatakan, "...Gerakan sekolah yang berkiblat pada Taliban ini, tentu harus diwaspadai. Karena sekolah merupakan pabrik pencetak para pemimpin negeri di masa depan, sekolah pula yang mencerdaskan bangsa. Maka itu, kasus ini dianggap harus menjadi perhatian bagi Kementerian Pendidikan, Kementerian Agama, BIN, BNPT, TNI dan Polri."

Bagaimana bisa, opini Nuning (panggilan akrab) dapat dibenarkan masyarakat Islam Indonesia khusunya dan bangsa Indonesia pada umumnya. Bila kita kaji lebih jauh bahwa bahasa Afganistan tidak berbahasa Arab. Dan perlu diketahui bagi sebagian besar masyarakat Afganistan, Taliban adalah pejuang pembela tanah air Afganisatan yang melawan penjajah dan antek-antek asing, yang notabene Taliban sendiri bukan menggunakan bahasa Arab.

Bahasa yang berkembang dan digunakan di Afganistan adalah bahasa Persia Afgani sebanyak 50 %, bahasa Pastun sebanyak 35% dan bahasa Uzbek dan Turkemnistan digunakan sebanyak 11%, dan sisanya adalah bahasa-bahasa kecil seperti Blauchi dan Pasha. Jadi dari mana kebenaran analisis opini yang menyatakan Bahasa Arab terkait dengan terorisme dan Taliban.

Boleh jadi sangat wajar sebagian besar masyarakat Islam Indonesia marah dan tersinggung ketika bahasa Arab dikaitkan dengan Taliban dan terorisme. Tudingan opini sesat dan Islamohbia terhadap orang yang beropini semacam itu adalah wajar. Sebaiknya minta maaf saja. Sebab delik hukum yang tegas bagi orang yang beropini mugkin belum ada.

Tidak usah jauh-jauh dalam bahasa Indonesia baku sangat banyak serapan dari bahasa Arab. Kita bangsa Indonesia sering mengungkapkan kata majlis permusyawaratan rakyat, dewan perwakilan rakyat, pengadilan, hak asasi, kertas, mistar, surat. dan lain-lain itu semua berasal dari bahasa Arab.

Diperkirakan jumlah kosakata bahasa Arab yang diserap ke dalam bahasa Indonesia 40-60%, tentu bukan jumlah yang sangat sedikit. Dengan demikian apakah orang Indonesia teroris? Tentu sangat picik dan dangkal kalau demikian dengan adanya pandangan tersebut.

Kita tengok yang lebih jauh sedikit, bahwa bahasa Arab merupakan bahasa resmi di PBB. Artinya bahasa Arab adalah bahasa internasional. Jadi sangat picik dan dangkal ketika ada pengamat politik dan intelijen menyatakan Bahasa arab terkait dengan terorisme.  Apalagi mengaitkan Islam dengan terorisme. Orang yang semacam ini harus banyak beristighfar dan bertobat, apalagi yang bersangkutan mengaku beragama Islam.

Lebih dekat lagi Alquran adalah ditulis dan dicetak dengan bahasa Arab. Di seluruh dunia Alquran berbahasa arab kecuali terjemahannya. Logikanya umat Islam harus banyak belajar bahasa Arab agar mudah memahami Alquran.

Kalau opini yang demikian itu benar-benar diyakini, logikanya, kan secara tak langsung seolah-olah menuding Alquran terindikasi teroris. Lah, ini kan berbahaya. Sangat wajar bila umat Islam sangat marah. Namun kaum muslimin Indonesia tak terprovokasi, karena masih menunggu pertobatan yang beropini demikian setelah mendapatkan banyak protes dan masukan di media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun