Mohon tunggu...
ahmadmurjani
ahmadmurjani Mohon Tunggu... Masyarakat Umum

Penulis yang sedang bekerja untuk memajukan literasi bangsa ini

Selanjutnya

Tutup

Horor

(Not) Normal

7 Oktober 2025   05:31 Diperbarui: 7 Oktober 2025   05:31 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Horor. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Mystic Art Design

Ada beberapa hal yang normal jika mendengarnya pada jam dua siang, namun sangat menakutkan saat mendengarnya jam dua malam. Salah satunya adalah suara truk es krim yang baru lewat beberapa saat lalu di depan jalan rumahmu. Kesunyian malam pecah karena suara tersebut, kemudian menyadarkanmu untuk bergegas tidur setelah membaca kumpulan artikel daring tentang hal normal di siang hari namun menyeramkan di malam hari itu.

Laptop di mejamu telah dimatikan, dan sumber penerangan hanya datang dari lampu putih di atap kamarmu. Merebahkan diri di atas kasur beralaskan bantal di kepala, kau mencoba memejamkan kedua bola matamu untuk tidur. Malam kembali sepi, hanya keheningan yang sampai di telingamu. Namun entah mengapa kau gelisah dan tidak nyaman atas kondisi ini. Kau menyalakan kipas angin di pojok kamarmu ke mode paling tinggi, berharap hawa panas turun di dalam ruangan ini.

Oi.

Sebuah sapaan lemah terdengar di telingamu. Tadinya kau mencoba mengusir rasa penasaran mengecek suara itu dengan mendengarkan musik melalui earphone sampai tertidur. Namun kau mengingat sesuatu, artikel yang kau baca tadi menuliskan banyak hal tentang kejadian normal di siang hari namun mengerikan di malam hari. Dua telah terjadi, tinggal menunggu peristiwa berikutnya. Kau hanya bisa berharap bahwa seluruh kejadian tersebut tidak datang secara bersamaan.

Hihihi~

Suara ayunan yang berderit disertai tawa anak kecil terdengar di telingamu saat ini. Kau tahu ada ayunan yang berada di depan halaman rumah tetangga, dan sangat tidak lazim mengajak anak-anak untuk bermain di jam dua malam seperti ini. Bahkan keluar rumah saja bagimu sudah ragu-ragu. Beberapa saat kemudian, suara tersebut perlahan berubah menjadi tangisan wanita dewasa. Kejadian ketiga telah kau alami.

Kau segera bangkit dari tempat tidurmu keluar dari kamar membawa serta ponselmu di genggaman tangan. Bukan untuk mengecek asal suara itu, tetapi menyalakan semua lampu yang ada dari depan hingga belakang rumah serta mengunci jendala dan pintu rapat-rapat.

Teng Tong

Suara bel di depan pintu rumah sebelum disusul oleh ketukan darinya kini menjadi kejadian keempat yang tiba padamu. Kau lalu mengurungkan niatmu untuk mengunci pintu belakang sebagai tempat yang paling terakhir dikunci. Jantungmu berdegup kencang dengan nafas terengah-engah. Keringat dingin membekukan tubuuhmu.

RRRRRRRRRRRRRR!

Suara gergaji mesin dinyalakan sekarang terdengar di depan pintu rumah. Ketakutan menyergap tubuhmu hingga membuatmu bahkan tidak mampu bergerak sedikitpun. Saat ini kau hanya berharap bahwa penerangan di rumahmu tidak mati mendadak.

Tek!

Seandainya saja kau tahu, mungkin kau seharusnya tidak membaca artikel itu pada malam hari. Semua peristiwa yang tercatat di sana telah terjadi secara beruntun. Pintu depan lalu membuka perlahan diiringi oleh suara langkah kaki yang sangat pelan, namun suara gergaji mesin yang bising terus memecah keheningan malam.

Kau mengambil pisau dapur yang paling besar dari sana sebagai perlindungan walaupun tidak sebanding dengan apa yang akan kamu hadapi nanti. Kemudian kamu segera membuka pintu belakang dan bergegas berlari sekencang mungkin, kemanapun ke tempat yang ramai dan dipenuhi oleh cahaya. Suara gergaji mesin itu juga turut terdengar semakin jauh darimu.

Rasa lelah dan penat akibat berlari tanpa henti tidak kau hiraukan karena adrenalin disertai ketakutan mengacaukan pikiranmu. Untungnya, kau kini berada di depan kantor polisi dan segera mengadukan apapun yang telah kau lihat. Mereka bergegas mendatangi rumahmu walau sudah terlambat. Polisi hanya menemukan kabel listrik rumah yang sudah terpotong, serbuk kayu, dan bekas gergaji mesin di beberapa tempat.

Sekarang kau sadar. Kau sebenarnya tidak takut berada sendirian di kegelapan. Kau takut bahwa kau tidak sendirian di kegelapan.

XXX

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun