Mohon tunggu...
Ahmad Lukman
Ahmad Lukman Mohon Tunggu... lainnya -

Menulis itu gaya hidup... ahmadlukman-alhakiem.blogspot.com www.facebook.com/ahmad.lukmanelhakiem @ahmadlukman7

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

PILKADA: Rutinitas Tak Berbekas?

18 Februari 2013   10:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:06 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mungkin mereka benar, bahwa siapa pun yang menang, kami tetap seperti ini. Ungkapan buruh tani sulit dibantah, bahwa siapa pun yang terpilih, kami masih tetap buruh. Keluhan Pak Tani ada benarnya, bahwa siapa pun yang naik singgasana, saya tetap merana; pupuk mahal, harga gabah menengadah. Demikian halnya dengan tukang ojek, bahwa wajah sumringah pemenang, tak akan banyak berdampak.

Halah, memang beginilah adanya. Mereka sering bilang, kami tak mau sakit hati dengan banyak harapan. Cukup sudah, kami terbuai oleh janji-janji tak berbukti. Cukup sudah, kami tak mau dijadikan tumbal, lagi. Ini bukan pesimis, tapi realistis!

Kami hanya berharap, semoga semua ini lekas berakhir. Semoga, mimpi baik akan segera hinggap. Ribuan baliho itu, jutaan stiker itu, jutaan kaos itu, jutaan kartu suara itu, terlalu mahal untuk dibuang begitu saja.

Kami hanya ingin yang biasa-biasa saja. Makan dengan biasa, senyum yang biasa, pidato yang biasa, shalat biasa, kampanye yang biasa. Nggak usah dibuat-buat! Kami sudah faham semuanya. Rasanya, mereka benar: semakin besar baliho, semakin pesimis orangnya. Harusnya, mereka dikenal dari prestasi, bukan dari baliho.

Memang, ada yang bilang kami bodoh. Kami polos. Kami mudah dibohongi. Tapi Anda harus tahu, kami tidak murah. Boleh, Anda hargai kami dengan harga murah. Kami terima uang dua puluh ribu itu, kami terima kaos tipis itu, kami terima kalender gratisan itu. Tapi maaf, hati kami tak terbeli!

Sekali lagi kami harus katakan, semua itu tak banyak pengaruhnya bagi kami. Mungkin, banyak yang makan uang Anda; tapi kami tidak. Kami tahu ongkos politik Anda mahal, tapi itu tak mengena. Kami makan hasil keringat ini, sisa pungutan-pungutan itu. Oh ya, kami juga bayar pajak dan sejenisnya. Kami tak ingin banyak menuntut, gunakan uang itu seperlunya; untuk kami, bukan hanya untuk perut Anda. Kami hanya ingin dihargai sebagai manusia seutuhnya.

Kami faham demokrasi. Tapi, demokrasi yang kami fahami tidak mengajarkan transaksi, kepura-puraan, rebutan kekuasaan, mengumbar kesejahteraan calon penguasa, dan menyejahterakan para cukong.

Baiklah, kami akan memilih. Terlalu sayang, jika biaya yang kami tanggung, tak digunakan. Hanya saja ada sayaratnya, mudah-mudahan semua ini bukan sebatas ritinitas tak berbekas!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun