Dalam menjalankan usaha di bidang modifikasi kontainer untuk kebutuhan kantor, kafe, hunian, hingga fasilitas komersial lainnya, kami sering berinteraksi dengan berbagai pihak, termasuk tim pembelian (purchasing) atau General Affair (GA) dari perusahaan swasta maupun lembaga pemerintah.
Secara umum, kami sangat menghargai proses komunikasi yang profesional, terbuka, dan saling menghormati. Namun, ada satu pola kebiasaan yang cukup sering kami temui, dan menurut kami perlu menjadi perhatian bersama, yakni: permintaan harga hanya untuk dijadikan pembanding, tanpa komunikasi lanjutan.
Harga Penting, Tapi Bukan Satu-satunya Ukuran
Kami menyadari bahwa membandingkan harga adalah bagian dari proses wajar dalam pengadaan barang dan jasa. Namun, jika proses tersebut dilakukan tanpa komitmen komunikasi yang baik, tanpa niat menjalin kerja sama yang sehat, atau bahkan tanpa memberikan informasi lanjutan setelah penawaran diberikan, maka hal tersebut dapat dikategorikan sebagai bentuk kurangnya etika profesional.
Kami sering kali diminta untuk mengirimkan penawaran harga lengkap, termasuk spesifikasi, gambar desain, hingga proposal teknis. Namun setelah semua dikirimkan, komunikasi berhenti begitu saja. Tidak ada informasi kelanjutan, konfirmasi, ataupun ucapan terima kasih.
Praktik yang Kurang Etis di Dunia Purchasing
Beberapa contoh praktik yang menurut kami perlu dihindari dalam proses purchasing antara lain:
Meminta penawaran hanya untuk memenuhi syarat administrasi, padahal keputusan vendor "titipan" sudah ditentukan sejak awal.
Tidak menjaga kerahasiaan penawaran, dan menggunakannya untuk menekan harga dari pihak lain.
Tidak memberikan kejelasan atau balasan setelah vendor meluangkan waktu menyusun penawaran.
Bersikap seolah vendor adalah pihak yang harus selalu mengikuti ritme pembeli, tanpa ada komunikasi yang saling menghargai.
Vendor adalah Mitra, Bukan Sekadar Penjual
Dalam proses bisnis yang sehat, vendor bukan sekadar penjual produk. Kami adalah mitra yang ingin membantu mewujudkan solusi terbaik sesuai kebutuhan klien. Misalnya, menyediakan kontainer modifikasi yang efisien, tahan lama, dan estetis untuk digunakan sebagai kantor proyek, unit kafe, ataupun hunian modular.
Oleh karena itu, kami sangat berharap proses pemilihan vendor tidak hanya ditentukan dari angka terendah, melainkan juga berdasarkan kualitas layanan, integritas, dan komunikasi yang baik.
Penutup: Mari Bangun Ekosistem Bisnis yang Saling Menghargai
Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menyudutkan profesi tertentu, melainkan sebagai refleksi bersama agar proses pengadaan barang dan jasa dapat berlangsung lebih profesional, etis, dan saling menghargai.
Vendor dan pembeli sejatinya adalah dua pihak yang saling membutuhkan. Dengan komunikasi yang terbuka, jujur, dan saling menghormati, kita bisa membangun ekosistem bisnis yang lebih sehat dan berkelanjutan.
Catatan Penutup:
Tulisan ini tidak mengandung unsur kebencian, sinisme, ataupun upaya menyudutkan pihak atau profesi tertentu. Harapan kami, kritik ini bisa menjadi masukan positif agar dunia purchasing di Indonesia semakin beretika dan profesional.
Jika Anda pernah mengalami hal serupa, atau memiliki pandangan dari sisi lain, silakan tinggalkan pendapat Anda di kolom komentar.
Karena kami percaya, perubahan selalu dimulai dari diskusi yang sehat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI