Mohon tunggu...
Ahmad Kawakiby
Ahmad Kawakiby Mohon Tunggu... ADVOKAT | LAWYERS | PENGACARA | KONSULTAN HUKUM

Ahmad Kawakiby dikenal sebagai seorang pemberi edukasi hukum yang komunikatif dan berdedikasi. Ia memiliki kemampuan menyampaikan konsep-konsep hukum yang kompleks menjadi mudah dipahami oleh masyarakat awam. Gaya penyampaiannya lugas, jelas, dan relevan dengan isu-isu hukum aktual, menjadikannya sosok yang dipercaya dalam menyebarkan literasi hukum. Selain itu, ia konsisten memperjuangkan kesadaran hukum sebagai bagian dari upaya menciptakan masyarakat yang lebih adil dan beradab.

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Mengapa Pelakor Mendekati Suami Orang? ini Alasan Yang Jarang Dibahas

27 Mei 2025   08:30 Diperbarui: 27 Mei 2025   07:26 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Instagram Ahmad Kawakiby

Mengapa Pelakor Mendekati Suami Orang? Ini Alasan yang Jarang Dibahas”
Oleh: Ahmad Kawakiby, Pengacara & Pemerhati Hukum Keluarga (@ahmadkawakiby)

Fenomena “pelakor” alias perebut laki orang bukan hal baru dalam dinamika rumah tangga di Indonesia. Namun, yang menggelitik pikiran publik bukan sekadar soal perselingkuhan itu sendiri, melainkan mengapa sebagian perempuan justru tertarik pada pria yang sudah beristri dan bahkan memiliki anak? Apa yang sebenarnya terjadi di balik fenomena ini?

Sebagai pengacara yang menangani banyak perkara perceraian dan sengketa harta bersama, saya—Ahmad Kawakiby—bukan hanya menyaksikan realita hukum, tapi juga melihat pola perilaku sosial yang berulang. Melalui pengamatan dan diskusi dengan klien-klien saya, berikut adalah beberapa alasan yang kerap muncul:

1. Pria Menikah Dipandang Lebih “Matang dan Stabil”

Bagi sebagian perempuan, pria yang sudah menikah dianggap lebih stabil secara emosional dan finansial. Mereka telah “terbukti” bisa membina rumah tangga, memberi nafkah, dan bertanggung jawab. Ironisnya, justru status menikah itu yang menjadi daya tarik, bukan penghalang.

2. Perasaan Diinginkan dan Tantangan Emosional

Beberapa pelakor merasakan kepuasan ego saat berhasil ‘menggoda’ pria yang terikat komitmen. Ini bukan sekadar persoalan cinta atau nafsu, tapi juga dinamika psikologis—tentang validasi diri dan perasaan berkuasa atas situasi.

3. Kerap Dimulai dari Hubungan “Teman Curhat”

Banyak kasus perselingkuhan yang saya tangani berawal dari hubungan platonik. Awalnya hanya tempat curhat saat rumah tangga bermasalah. Tapi dari sana timbul empati, kemudian simpati, lalu jatuh ke dalam relasi emosional yang lebih dalam. Ini adalah jebakan klasik yang sering diremehkan.

4. Normalisasi di Media Sosial dan Lingkungan

Media sosial kerap membentuk persepsi bahwa “kalau cinta, kenapa tidak?” Banyak akun-akun yang secara tidak langsung mengglorifikasi hubungan terlarang dengan narasi cinta yang tak mengenal status. Lingkungan pertemanan yang permisif juga menjadi lahan subur bagi terjadinya relasi gelap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun