Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sengkarut (2/2)

2 Oktober 2022   10:01 Diperbarui: 2 Oktober 2022   10:10 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Busyet dah! Nyonye Mukti kepergok lagi jalan same laki-laki. Kayaknye orang yang same waktu itu. Udeh kagak saleh lagi dah kalo begini. Mau berkelit gimane lagi," ungkapnya.

Menyaksikan hal yang sama dua kali, terlintas ide liar di kepalanya seraya bergumam, "Ape mungkin aye bise ngelakuin itu?"

"Kalo udeh kepepet begini, ape sih yang gak mungkin," ujarnya sambil menatap mobil itu hilang dari penglihatannya.

.........

Siang itu, Herman mendapat tugas dari Tuan Mukti. Ia diminta mendatangi kembali pom bensin yang sama waktu itu. Ia disuruh menyerahkan sebuah tas ke seseorang yang sudah menunggu di tempat itu. Tas kerja kulit warna hitam itu memiliki perangkat keamanan berupa kode tiga angka di sisi depannya yang hanya diketahui pemiliknya.

Pernah kesana sebelumnya membuatnya tidak kesulitan datang kembali. Tak lama setelah parkir, seorang pria mendekati mobil. Ia mengetuk kaca lalu masuk. Tanpa berkata-kata, Herman langsung memberikan tas itu padanya. Si pria yang tak lain orang yang sama dengan waktu itu, berterima kasih padanya lalu bergegas turun.

"Sebentar," kata Herman sambil memfoto si pria dengan kamera digital sesuai perintah tuannya.

Selesai menunaikan tugasnya, Herman segera meninggalkan tempat itu dan kembali ke kantor. Di malam sebelumnya, Tuan Mukti telah dihubungi kembali si makelar selang seminggu sejak pertemuan pertama di mobil. Ia menyatakan setuju untuk bekerja sama. Si makelar lalu memberinya instruksi.

Sesuai prosedur, ia kemudian diminta menyiapkan sejumlah uang sebagai DP bagi proyek yang akan mereka garap. Penyerahan uang itu dilakukan keesokan harinya. Sisanya akan dilunasi setelah pengumuman resmi pemilihan legislatif keluar. Meski sadar akan risiko besar hal itu, Tuan Mukti seolah tidak peduli. Ambisinya terhadap kekuasaan politik benar-benar telah merasuki dirinya.

.......

Sudah dua kali Bang Udin secara tak sengaja menjadi saksi mata perselingkuhan Nyonya Mukti. Jika saja datang kesempatan ketiga, ia tidak akan menyia-nyiakannya lagi. Berbekal secuil info dari Mpok Mineh tentang alamat kantor asuransi si laki-laki, ia lalu survei dan mereka-reka rute yang mungkin dilewati Nyonya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun